Reformasi Ganja Indonesia Dan Dunia: 09/23/15

Rabu, 23 September 2015

Tanaman Ganja Memiliki Senyawa Untuk Mengobati Kanker


Tanaman Ganja Memiliki Senyawa Untuk Mengobati Kanker

Tanaman ganja merupakan barang terlarang di banyak negara. Namun studi yang dikerjakan para peneliti dari University of East Anglia (UEA) menunjukkan tanaman yang bisa menimbulkan efek memabukkan itu berguna dalam dunia medis. Hasil riset menyebutkan senyawa aktif dalam ganja bisa mengurangi pertumbuhan tumor pada pasien kanker.

Riset ini menimbulkan harapan baru dalam pengembangan obat antikanker. Riset yang dikerjakan bersama ilmuwan dari Complutense University of Madrid, Spanyol, menggunakan sampel kanker payudara manusia yang diinduksi pada tikus.

Peneliti memberikan dosis senyawa Tetrahydrocannabinol (THC) yang diambil dari daun ganja. Hasilnya, peneliti mendapatkan ada dua sel reseptor yang bereaksi dengan efek antitumor dari obat tersebut.

Peneliti dari UEA, Dr Peter McCormick, menyebutkan THC yang merupakan komponen aktif dalam mariyuana memiliki properti antikanker. Senyawa ini bekerja melalui sel reseptor khusus yang disebut reseptor cannabinoid.

"Namun belum dipastikan reseptor mana yang berhubungan dengan efek antitumor dari THC," kata McCormick.

McCormick mengatakan peneliti belum memastikan perbedaan efek THC pada pertumbuhan tumor jika diberikan dalam dosis rendah dan tinggi.

"Ada ketertarikan yang tinggi untuk memahami mekanisme molekuler bagaimana mariyuana, terutama THC, bisa mempengaruhi patologi kanker," ungkapnya.

McCormick juga menambahkan, studi obat dari senyawa ganja ini masih dalam tahap awal dan perlu dikembangkan. Dia menekankan para penderita kanker untuk tidak tergoda mengobati penyakit itu secara mandiri. Menurutnya, riset yang dijalankan menggunakan senyawa kimia yang diisolasi dengan konsentrasi tertentu.

"Penderita kanker jangan melakukan pengobatan sendiri dengan ganja dan saya berharap riset ini bisa memicu munculnya obat setara senyawa sintetis yang aman di masa depan," ujar McCormick. (AH)

Baca Juga : Riset Membuktikan, Ganja Bantu Tanggulangi Tumor Otak
http://medialingkungan.com/index.php/component/k2/item/558-riset-tanaman-ganja-memiliki-senyawa-untuk-obat-kanker

Riset Membuktikan, Ganja Bantu Tanggulangi Tumor Otak


Riset Membuktikan, Ganja Bantu Tanggulangi Tumor Otak

Baru-baru ini tanaman ganja telah dibuktikan memiliki banyak manfaat dalam kesehatan. Selain menghancurkan beberapa sel kanker, tanaman yang punya nama latin Cannabis sativa ini ternyata efektif melawan tumor otak.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan pada tikus menunjukkan, bila dikombinasikan dengan terapi radiasi, ganja secara efektif dapat mengecilkan salah satu jenis tumor yang paling agresif, yaitu tumor otak.
Dari makalah yang diterbitkan di jurnal Molecular Cancer Therapies, tim peneliti dari St George University of London memaparkan “pengurangan dramatis” yang mereka amati pada glioma massa, bentuk mematikan dari kanker otak ketika diobati dengan mengombinasi radiasi dan dua senyawa ganja yang dikenal sebagai cannabinoid.
Dalam banyak kasus, terbukti bahwa tumor menyusut sampai sepersepuluh ukuran sebelumnya.
“Cannabinoids dapat berperan dalam mengobati salah satu kanker yang paling agresif pada orang dewasa. Hasilnya menjanjikan,” kata Dr. Wai Liu yang merupakan salah satu peneliti tersebut.
Penelitian mengenai manfaat ganja dalam pengobatan kanker memang bukan hal baru. Namun, Liu dan timnya adalah yang pertama meneliti efek kombinasi ganja dengan terapi radiasi. “Hasil akhirnya lebih kuat dalam mengecilkan tumor,” katanya.
Dalam penelitiannya, Liu mengamati tikus yang sebelumnya sudah diinfeksi glioma (tumor otak) lalu diobati dengan dua macam terapi, yakni radiasi saja atau kombinasi antara radiasi dan senyawa ganja.
Senyawa yang dipakai adalah THC, senyawa psikoaktif yang terkait dengan sensasi “high”, dan CBD, yang tidak menghasilkan efek samping psikoaktif.
Mereka menemukan bahwa pengobatan tumor yang terbaik adalah memakai dosis rendah, baik THC dan CBD bila digunakan secara bersama, membuat tumor lebih mudah merespon radiasi.
Penggunaan dua senyawa itu dalam dosis rendah ternyata juga menghasilkan efek yang sama jika memakai salah satu komponen dalam dosis tinggi. Ini penting karena dengan demikian efek samping yang dialami pasien juga lebih sedikit.
THC dan CBD merupakan dua dari puluhan senyawa kimia yang ditemukan dalam tanaman ganja. Tim ilmuwan dari Inggris tahun lalu menemukan bahwa kombinasi dari enam cannabinoids murni yang berbeda dapat membunuh sel-sel kanker leukemia.
Sementara itu, THC saja telah terbukti mengurangi ukuran tumor kanker dan menghentikan penyebaran HIV. CBD juga memiliki efek positif pada anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan kejang yang berat.
Walau begitu, di banyak negara ganja masih tergolong dalam obat-obatan terlarang. Walau ada beberapa negara yang melegalkan ganja untuk tujuan pengobatan, tapi para ahli berpendapat kurangnya dukungan pemerintah terhadap pemakaian ganja di bidang kesehatan membuat manfaat tanaman ini kurang dipahami secara baik.

Baca Juga : Sejarah Ganja Illegal
Peneliti: Ganja Obat Mujarab Sejak Ribuan Tahun

http://www.reportase5.com/riset-membuktikan-ganja-bantu-tanggulangi-tumor-otak/

Sejarah Ganja Illegal

Sejarah Ganja Illegal
Peneliti: Ganja Obat Mujarab Sejak Ribuan Tahun


“Ganja, 12.000 tahun menyuburkan peradaban manusia”.

Petikan kalimat yang selalu terngiang mengingat sandangan status hukum ganja saat ini, berarti sudah 10.000 tahun kiprah ganja bersama manusia sebelum peradaban modern mulai mencatat waktu masehi, dan kini sudah mulai dilegalkan di beberapa negara-negara bahkan di beberapa negara bagian Amerika, termasuk Washington dan Colorado.

Otak manusia sering disebut-sebut sebagai daerah terakhir yang paling sulit untuk dijelajahi di seluruh alam semesta. Ketika hadiah nobel diberikan kepada Camillo Golgi dan Ramon Cajal pada tahun 1906, umat manusia masih jauh dari memahami bagaimana cara kerja sistem syaraf.

Nobel yang diberikan pun kontroversial karena kedua ilmuwan tadi masih mengemukan pendapat yang masing-masingnya berbeda tentang struktur syaraf manusia.

Kedatangan mikroskop elektron pada dekade 1950-an baru memberi titik terang dengan menguatkan pendapat Cajal dan rekannya Sherrington bahwa sel syaraf adalah satuan kerja terkecil yang menyusun sistem syaraf manusia.

Ganja Miliki Molekul Misterius “Endocannabinoid”

Hingga tahun 1990-an awal, seluruh ahli syaraf di dunia masih berpikir bahwa sinyal pada otak manusia dewasa hanya bergerak dalam satu arah saja, dari sel syaraf pre-sinaptik ke sel syaraf post-sinaptic.
Namun penemuan di awal tahun 90-an oleh ilmuwan di Universitas Maryland di Amerika dan Universitas Rene Descartes di Paris mengisyaratkan adanya mekanisme baru dalam cara sel syaraf berkomunikasi dengan satu sama lain.

Caranya, yaitu dari sel syaraf pos-sinaps kembali ke sel syaraf pre-sinaps dengan menggunakan jasa molekul “pembawa pesan” yang bernama neurotransmitter, yaitu senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.

Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.

Jalur kedua dalam arah komunikasi ini diberi nama DSI (depolarization-induced suppression of inhibition) atau dikenal juga dengan istilah retrogade signalling. Selama ini komunikasi dua arah antara sel syaraf diketahui hanya terjadi saat sel saraf masih dalam taraf perkembangan.
Identitas molekul pembawa pesan ini menjadi misteri hingga akhirnya pada tahun 2001, ilmuwan dari Universitas California, San Fransisco dan ilmuwan dari Universitas Kanazawa, Jepang secara terpisah namun bersamaan menemukan bahwa molekul anandamide dan molekul 2-AG yang merupakan endocannabinoid sebagai molekul misterius ini.

Molekul endocannabinoid merupakan molekul pembawa pesan yang khusus menempel pada reseptor cannabinoid.

Reseptor cannabinoid sendiri merupakan salah satu reseptor jenis G-protein terbanyak di otak, reseptor ini ditemukan dengan kepadatan tinggi di bagian-bagian seperti korteks cerebral, hipokampus, hipotalamus, otak kecil (cerebellum), basal ganglia, batang otak, tulang belakang dan amygdala.

Istilah “cannabinoid” sendiri berasal dari tanaman ganja atau “cannabis” yang menghasilkan berbagai molekul aktif (sampai saat ini baru diketahui 60 jenis molekul) yang disebut fitocannabinoid atau cannabinoid dari tanaman.

Tanaman ganja adalah satu-satunya spesies tanaman yang diketahui sampai saat ini menghasilkan molekul cannabinoid, keberadaan reseptor cannabinoid yang melimpah di berbagai bagian otak manusia membuat efek ganja begitu kompleks pada kesadaran manusia.

Tanaman Obat Legendaris di Dunia

Sebelum Raphael Mechoulam yang merupakan ilmuwan dari Israel menemukan bahwa otak manusia juga menghasilkan molekul yang sama persis fungsinya dengan molekul cannabinoid dari tanaman ganja, ganja telah menjadi tanaman obat-obatan yang paling legendaris di dunia.
Ganja pernah disebut sebagai tanaman obat dengan kegunaan terbanyak di dunia (Christian Rätsch, 2001).

Catatan mengenai ganja dalam sejarah muncul pertama kali dalam kitab pengobatan tertua di dunia, pen’ tsao ching yang berasal dari Cina.

Kitab ini merupakan kumpulan dari catatan-catatan yang dibuat oleh kaisar Shen Nung yang hidup pada masa 2900 SM.

Ganja juga disebut sebagai satu dari lima tanaman suci dalam Atharva Veda, salah satu kitab suci umat Hindu (Aldrich, 1977), sementara di Persia ganja disebut dalam kitab Zend-Avesta pada urutan pertama dari 10000 (sepuluh ribu) jenis tanaman berkhasiat obat.

Sejak Dulu Ganja Adalah Tanaman Obat

Sejarah yang panjang dari khasiat tanaman ganja bukan hanya isapan jempol dari masa lampau. Ilmuwan di seluruh dunia saat ini mulai menemukan betapa pentingnya peranan reseptor cannabinoid dan molekul endocannabinoid dalam tubuh manusia.

• Cannabinoid berperan pada sistem reproduksi (Park, McPartland & Glass, 2003)

• Pemulihan stress dan menjaga keseimbangan dalam tubuh (Di Marzo V, Melck D, Bisogno T, De Petrocellis L, 1998)

• Perlindungan sel syaraf (Panikashvili D, Mechoulam R, Beni SM, Alexandrovich A, Shohami E, 2005)

• Reaksi terhadap stimulus rasa sakit (Cravatt BF, Lichtman AH, 2004)

• Regulasi aktifitas motorik (Van der Stelt M, Di Marzo V, 2003)

• Mengontrol fase-fase tertentu pada pemrosesan memori (Wotjak CT, 2005)

• Berperan dalam modulasi respon kekebalan dan imunitas tubuh (Klein TW, Newton C, Larsen K, Lu L, Perkins I, Nong L, Friedman H, 2003; Massa F, Marsicano G, Hermann H, Cannich A, Monory K, Cravatt BF, Ferri GL, Sibaev A, Storr M, Lutz B, 2004)

• Bahkan berpengaruh juga dalam sistem kardiovaskular dan pernafasan dengan mengatur detak jantung, tekanan darah dan fungsi saluran pernafasan (Mendizabal VE, Adler-Graschinsky E, 2003)
Sifat Melupakan

Dalam mekanisme pemrosesan informasi dalam otak manusia, cannabinoid dan endocannabinoid diketahui memainkan peranan yang sangat penting.

Ketika ditemukan bahwa jalur baru pengiriman sinyal dalam otak ini juga terjadi pada otak manusia dewasa, implikasinya memicu banyak penemuan baru di dunia neurosains.
Endocannabinoid kemudian diketahui berperan dalam proses long-term potentiation atau penguatan sinaps antar sel syaraf, sebuah proses yang penting dalam menyimpan informasi baru yang diterima oleh otak.

Pada tahun 2003, Giovanni Marsicano dari Institut Psikiatri Max Planck di Munich menemukan satu lagi peran penting molekul endocannabinoid dan reseptornya dalam salah satu proses kognitif paling penting pada otak mamalia, yaitu proses melupakan.

Giovanni menemukan bahwa tikus-tikus percobaannya yang kekurangan reseptor cannabinoid (CB1) lebih sulit melupakan rasa takut dan sakit yang muncul dari stimulus kejutan listrik yang dipasangkan dengan stimulus suara dibandingkan dengan tikus-tikus dengan jumlah reseptor CB1 yang normal.

Walaupun stimulus suara sudah tidak lagi dipasangkan dengan stimulus listrik, tikus-tikus yang kekurangan reseptor CB1 tetap menampilkan rasa takut dan rasa sakit walau hanya diberi stimulus suara. Melupakan ternyata merupakan proses kognitif yang sangat penting pada otak manusia.

Abnormalitas jumlah reseptor CB1 atau produksi molekul endocannabinoid telah menjadi hipotesis banyak ilmuwan sebagai penyebab atau faktor penting yang berpengaruh dalam kondisi-kondisi seperti stress paska trauma, fobia dan rasa sakit yang kronis.
Lebih penting lagi, melupakan, juga merupakan proses yang vital ketika seseorang ingin mengingat sesuatu karena otak manusia sebenarnya menyerap semua informasi dan stimulus yang diterima lewat indera.

Tanpa mekanisme melupakan, atau gangguan pada prosesnya, manusia akan kesulitan mengingat sesuatu karena tidak tahu mana yang harus diingat dari begitu banyaknya informasi dan stimulus yang masuk ke otak.

Demikianlah sedikit cerita mengenai molekul pembawa pesan bernama endocannabinoid yang ternyata juga dihasilkan oleh hanya satu spesies tanaman di muka bumi, yaitu ganja.

Tanaman yang sepanjang sejarah telah menjadi zat terlarang yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia sampai saat ini dimana jumlah pemakainya justru merupakan terbanyak sepanjang zaman. (Global Cannabis Regulation Model, 2004).

Informasi Penulis: Kong Ali adalah seorang pengagum ajaran marxisme-leninisme yang percaya bahwa tanaman ganja bisa menjadi salah satu jalan revolusi industri dan budaya. (ruangpsikologi/wikipedia/neuropsikologi ganja by: Kong Ali)
Memacu Kreatifitas
Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan methamphetamine).

Tidak Menyebabkan Kematian

Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol.
Karena itu semua yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.

Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethyl perazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride.

Tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension

Pemanfaatan Ganja Menjadi Illegal (Dilarang)

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.

Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.
Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

Juga gembar-gembor pemerintah yang seolah memiliki dasar kuat menerapkan dogma bahwa pelarangan terkait bertujuan untuk melindungi masyarakat dari “bahaya” yang tidak pernah terbukti secara gamblang.

Tak ayal gembar-gembor banyak pihak anti-narkoba ini berhasil menyembunyikan fakta-fakta ganja di balik kemasan informasi yang disebarkan oleh konspirasi ber-agenda.

Sudah saatnya semua ketahui, bahwa fakta sesungguhnya ternyata memiliki gambaran cerita yang bertolak belakang. Fakta-fakta terkait agenda konspirasi dan unsur-unsur rasisme, ketakutan, perlindungan profit raksasa industri, “Yellow journalism, keserakahan serta karir perseorangan (pada masanya) dibalik pelarangan akan (sekali lagi) penulis ulas dalam beberapa paragraf berikut:

Semenjak manusia mulai mencatatkan segala sesuatu sebagai sejarah, ganja tidak hanya legal dalam status hukum, tetapi juga tingkat pemanfaatan yang sangat besar dalam hampir segala aspek menunjukkan betapa tumbuhan ini pernah sangat penting fungsinya dalam kehidupan.

Ganja sebagai tumbuhan multi-fungsi juga bukanlah temuan baru mengingat ribuan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijuluki “anak kemaren sore”.

Faktanya, status ilegal ganjalah yang lebih pantas mendapat julukan “bau kencur”, mengingat presentasi kurun waktu pelarangan tidak sampai 1% dari total masa pemanfaatan yang sudah ribuan tahun.

Ganja secara utuh telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai kebutuhan seperti kain sebagai sandang, tepung dan minyak untuk pangan, temali dan lainnya untuk industri, sampai pemanfaatan bunga untuk medis hingga kebutuhan spiritual keagamaan.
Sejarah juga menyatakan bahwa ganja adalah tumbuhan tertua yang manusia gunakan untuk kebutuhan sandang (setelah kulit hewan).

Fakta-fakta seperti ini dan informasi belakangan sedikit memberikan kebingungan publik setelah pada awal abad ke-16 Amerika memperkenalkan tumbuhan ini beserta himbauan untuk memanfaatkannya secara massal, dan kemudian menuai kontroversi perihal penggunaannya untuk rekreasional di awal abad 19.

Undang-undang awal yang mengatur hal-hal terkait ganja tercatat di Amerika pada tahun 1619.

Undang-undang tersebut terutama mengatur dan menghimbau para petaninya untuk serentak menanam ganja. Hukum terkait terus berkembang dalam periode 200 tahun setelah itu dan terkesan lebih mengharuskan penanaman besar-besaran.

Seperti tercatat pada tahun 1763-1767 di Virginia, siapapun bisa terkena hukuman pidana dan dipenjarakan untuk tidak menanam ganja. Ya, pernah sepenting itu tumbuhan ganja untuk sebuah peradaban, sampai pada akhirnya diawal abad 19 semua tentang ganja seolah terdiskriminasi.

Secara lebih terperinci, semua berawal ketika terbukanya celah di bidang pertanian, khususnya dibagian barat Amerika.

Ketika itu tercatat awal tahun 1900-an, ketika pecahnya revolusi Meksiko dan banyak masuknya warga Meksiko ke Amerika, yang secara tidak langsung menimbulkan perang dingin antara petani kecil dan penguasa ladang-ladang besar (yang tak lagi memakai jasa petani lokal dan mengganti mereka dengan buruh Meksiko berupah jauh lebih rendah).
Memanfaatkan kebiasaan buruh-buruh Meksiko dalam mengkonsumsi ganja sebagai bahan rekreasi, pihak-pihak berkepentingan pertama kali mengkambing-hitamkan ganja sebagai sesuatu yang buruk.

Hal ini kontan diikuti oleh pelarangan di beberapa kota di Amerika, seperti di Wyoming (1915), Texas (1919), Iowa, Nevada, Oregon, Washington, and Arkansas (1923), and Nebraska (1927).

Sebesar itu juga ternyata ketakutan para konspirator terhadap ganja sampai sering terdengar di tahun 1927 kata-kata seperti yang terucap dari senator Texas

“All Mexicans are crazy, and this stuff (ganja) is what makes them crazy”.

Di bagian timur Amerika, diskriminasi terhadap ganja pun kian terasa dengan nuansa yang berbeda. Masalah seolah dibuat-buat dan ditujukan kepada kombinasi “Latin Americans” dengan “black jazz musicians”.

Ganja dan musik jazz datang dari New Orleans ke Chicago, kemudian merambah ke Harlem dimana ganja menjadi bagian tak terpisahkan dengan hits-hits kulit hitam (Louis Armstrong “Muggles”, “That Funny Reefer Man” Cab calloways, Fats Waller Viper’s Drag).

Sekali lagi diskriminasi terhadap ganja sangat pekat tercium bersamaan dengan rasisme terhadap kulit hitam.

Seperti tertulis dalam sebuah koran tahun 1934:

“Marijuana influences Negroes to look at white people in the eye, step on white men’s shadows and look at a white woman twice”.
Begitulah kurang lebih deretan peristiwa yang secara tidak langsung menjadi dasar pelarangan ganja di Amerika.

Setelah sebelumnya, tahun 1914 pemerintah federal Amerika meloloskan “The Harrison Act” undang-undang/tax untuk opium dan kokain.

Dalam Harrison Act ini, segala bentuk penggunaan opium dan kokain dikenakan tax untuk legalitas, sementara para pelanggar tax mendapatkan hukuman denda atau penjara.

Hingga akhirnya terlahir The Federal Bureau of Narcotics pada tahun 1930 dibawah kuasa Harry J. Anslinger. Disinilah, perang terhadap ganja resmi diawali.
Harry J. Anslinger, sosok picik penuh ambisi yang meng-otaki berdirinya divisi baru di bawah Department of Treasury, dan memanfaatkan badan federal ini sebagai peluang karir pribadi.

Sebuah badan pemerintah dengan kuasa penuh menangani segala bentuk narkotika, dan berwewenang menyuguhkan solusi atas segala masalah yang bisa ditetapkan seenaknya sendiri.

Tak membutuhkan waktu lama, Anslinger pun menyadari bahwa opium dan kokain saja tidaklah cukup dijadikan ajang mempercepat perkembangan badan yang dikepalainya, sehingga ganja merupakan bulan-bulanan tepat bagi Anslinger.

line up

“Segala upaya Harry J. Anslinger dicurahkan untuk secepat mungkin menjadikan ganja sebagai sesuatu yang lebih buruk dari opium dan memberikan gelar ilegal atasnya.”

line down

Tak lepas dari perhatiannya, fenomena rasisme dan kekerasan serta merta disangkut-pautkan dengan tumbuhan ini untuk mendapatkan perhatian bangsanya atas rekayasa-rekayasa yang dbuatnya sendiri.

Berikut beberapa rekayasa dalam kata karya Anslinger yang mencerminkan sangat besarnya kebencian dia dan sekutu-sekutunya (di artikel sebelumnya pernah dibahas hubungan dekat Anslinger dengan Hearst, Dupont, dan Melon) terhadap ganja:

“… the primary reason to outlaw marijuana is its effect on the degenerate races.”
“Marijuana is an addictive drug which produces in its users insanity, criminality, and death.”
“Reefer makes darkies think they’re as good as white man.”
“Marijuana leads to pacifism and communist brainwashing.”
“You smoke a joint and you’re likely to kill your brother.”
“Marijuana is the most violence-causing drug in the history of mankind.”
Ya, sebesar kebohongan-kebohongan itu pula kebencian Anslinger terhadap ganja yang tak henti-hentinya dia gembar-gemborkan.

Kampanye mengkambinghitamkan ganja oleh Anslinger ini serta merta mendapatkan segala dukungan yang diperllukan dari pihak-pihak yang tak kalah kuat dari FBN. Seperti salah satu bantuan yang datang dari William Randolf Hearst, penguasa media cetak saat itu. Hearst memiliki segudang alasan untuk membanatu Anslinger dalam kampenye anti ganjanya.
Pertama, dia sangat membenci orang-orang Meksiko. Kedua, membuat berita berisi kebohongan terkait warga meksiko dan ganja “The devil” sebagai sumber malapetaka membuat koran-korannya laris, dan membuatnya tetap kaya raya.

Utamanya, dia telah sejak lama berinvestasi besaar-besaran dalam kayu hutan untuk industri kertas dan media cetaknya, dan tidak ingin melihat perkembangan industri kertas dari serat ganja sebagai kompetitornya. Berikut beberapa contoh kebohongan medianya:

Dikutip dari San Fransisco Examiner:

line up

“Marihuana makes fiends of boys in thirty days — Hashish goads users to bloodlust. By the tons it is coming into this country — the deadly, dreadful poison that racks and tears not only the body, but the very heart and soul of every human being who once becomes a slave to it in any of its cruel and devastating forms…. Marihuana is a short cut to the insane asylum. Smoke marihuana cigarettes for a month and what was once your brain will be nothing but a storehouse of horrid specters. Hasheesh makes a murderer who kills for the love of killing out of the mildest mannered man who ever laughed at the idea that any habit could ever get him….”

Dan satu lagi dari dari koran yang terbit secara nasional:

“Users of marijuana become STIMULATED as they inhale the drug and are LIKELY TO DO ANYTHING. Most crimes of violence in this section, especially in country districts are laid to users of that drug. Was it marijuana, the new Mexican drug, that nerved the murderous arm of Clara Phillips when she hammered out her victim’s life in Los Angeles?… THREE-FOURTHS OF THE CRIMES of violence in this country today are committed by DOPE SLAVES — that is a matter of cold record.”

line down

Berita-berita miring tersebut tercetak tanpa bukti dan sumber yang kuat, dan senantiasa tercetak di halaman utama dalam periode yang lama.

Seolah membenarkan pribahasa “The more the merrier“, Anslinger dan Hearst juga serta merta mendapatkan dukungan dari pihak raksasa lain, kali ini datang dari rajanya industri kimia Dupont. Selain juga dukungan dari perusahaan-perusahaan farmasi yang tak kalah berkuasa.
Dupont, pada saat itu baru saja mempatenkan nylon, dan kerakusan membuat mereka menutup segala kemungkinan ganja menjadi saingan. Sama halnya dengan industri-industri farmasi, mereka tidak mau juga pasarnya menanam obat-obatan sendiri dan berhenti membeli produk mereka.

Akhirnya, semua konspirasi di atas berujung kerucut kepada akar semua pelarangan ganja yang berkedok “The Marijuana Tax Act of 1937“, yang telah secara terencana dipersiapkan oleh konspirasi Anslinger dan kawan-kawan.

Dari sini jugalah nama besar Ganja/Cannabis/Hemp seolah dilupakan dan ditiadakan, untuk sebuah julukan baru penuh cela Marijuana.

Segala bentuk pemanfaatan tumbuhan ganja (secara utuh) yang dulu pernah sangat disarankan seolah tak pernah terjadi di bawah kungkungan julukan barunya, marijuana. Sampai detik ini.

Hari-Hari Terakhir Ganja Bergelar Legal

Peristiwa besar apa kiranya yang membuat jangka waktu selama itu seolah tak pernah terjadi? Sejak kapan pula ganja menyandang status hukum ilegal?

Bersumber dari buku “The Emperor Wears No Clothes” karya mendiang Jack Herer, tertulislah tulisan rangkum berikut ini:

Berawal dari konspirasi raksasa-raksasa industri Amerika di akhir abad 19, gejala intimidasi terhadap ganja mulai tercium ketika Dupont (salah satu raksasa industri saat itu), memonopoli industri bahan peledak berbahan “Hemp Hurds” dengan cara membeli dan mengkonsolidasikan beberapa perusahaan kecil yang sedang berkembang. Usaha ini mereka lakukan setelah menyadari potensi ganja dan pasarnya, bahkan dalam industri dinamit.

Hasilnya, Dupont pun berjaya di industri ini dan menjadi perusahaan terbesar yang memasok 40% stock amunisi kepada sekutu-sekutunya saat perang dunia pertama.

Hal ini juga lantas mengisi berita di Popular Mechanics ’38 yang menyatakan “Thousands of tons of hemp hurds are used every year by one large powder company for the manufacture of dynamite and TNT.”
Tidak berhenti di situ, pada akhir tahun 1920 Dupont melanjutkan konsolidasi ke arah pemerintah federal Amerika dan berhasil menguasai sebagian besar industri textile dalam negeri.

Berawal dari monopoli ini, para peneliti dan ahli kimia Dupont menemukan potensi kandungan selulosa ganja sesungguhnya jauh di atas pengetahuan umum sebelumnya.

Pada saat itu tidak ada yang lebih paham dari para peneliti Dupont, bahwa 77% bagian pohon ganja adalah sumber selulosa (bahan kertas, plastik, rayon) alami terbaik.

Tak heran jika pada pertengahan tahun 1930, ditemukannya teknologi mekanik baru pemisah serat ganja dan mesin pemisah selulosa dengan harga terjangkau oleh petani/industri kecil ganja membuat Dupont serta raksasa industri lainnya kebakaran jenggot.

Terlebih pada saat yang sama di tahun 1937, Dupont baru saja mematenkan proses produksi plastik berbahan minyak bumi dan batubara sebagai bisnis mereka. Juga industri sulfat kimia baru untuk memproses pembuatan kertas dari kayu hutan.

Kemajuan industri-industri kecil ganja ini sangat mungkin merugikan 80% bisnis kertas, plastik sintetis, dan minyak bumi raksasa-raksasa ini.

Bukan hanya Dupont yang merasakan pentingnya ganja dieliminasi dari lahan industri mereka, Andrew Mellon dari The Mellon Bank of Pittsburgh sebagai banker di belakang Dupont dan William Randolph Hearst dari Hearst Paper Manufacturing merasakan ketakutan yang sama.
Terlebih Randolph Hearst, yang sebenarnya menyadari ancaman dari ganja terhadap industri kertasnya lebih awal. Selain pabrik kertas dari kayu, Hearst, yang juga mengepalai perusahaan percetakan dan penerbit koran sudah melakukan intimidasi terhadap ganja sejak 1898.

Dimulai setelah ditemukannya 800.000 hektar ladang ganja di area hutan kayu miliknya di Meksiko. Nyaris 3 dekade setelahnya, Hearst menjadikan ganja sebagai kambing hitam di setiap halaman utama korannya.

Salah satu contohnya adalah, ketika Hearst mengklaim bahwa hampir seluruh kekerasan, perkosaan oleh kulit hitam terhadap kulit putih dilatarbelakangi oleh ganja.
Hasilnya, ratusan ribu kulit hitam dan orang-orang meksiko dipenjara karena isu ini.

Korannya jugalah yang mempopulerkan kata “Marijuana” sebagai kutukan terhadap ganja melalui pengulangan-pengulangan berjangka panjang di setiap halaman utamanya, sehingga berhasil menghapuskan kata “Hemp” dan nama ilmiah asli ganja “Cannabis“.

Berdasarkan ketakutan terhadap ancaman serupa inilah akhirnya diadakan pertemuan rahasia pertama oleh para “mandor” industri dan banker-bankernya tahun 1931 untuk menyatukan kekuatan melawan ganja, “The environmentally-sane natural source“. Pertemuan ini dihadiri oleh Dupont, Hearst, dan Andrew Mellon yang saat itu memiliki kuasa di pemerintahan federal (Secretary of The Treasury).

Hasil dari konsolidasi antara para raksasa ini adalah diangkatnya Harry J. Anslinger (keponakan ipar Andrew Mellon) sebagai kepala Federal Bureau of Narcotic and Dangerous Drug (FBNDD) yang pada saat itu mendadak dibentuk.

Semenjak saat itu sampai 1937, banyak pertemuan rahasia dilakukan terkait rancangan undang-undang untuk ganja, sampai akhirnya “Marijuana Tax Act” diresmikan pemerintah Amerika pada tanggal 2 Agustus 1937.

Dalam masa jabatannya ini (31 tahun), Anslinger sangat gencar menyebarkan propaganda buruk tentang ganja atas nama marijuana (Harry Anslinger’s Personal Gore Files).
Banyak pihak-pihak independent seperti ilmuan-ilmuan universitas membantah tudingan-tudingan buruk anslinger yang tidak beralasan.

Alhasil, undang-undang baru yang melarang segala penelitian tentang ganja (tanpa seijin pribadi Anslinger) dikeluarkan sebagai reaksi sangkala-sangkalan itu.

Semakin dalam terkubur sejak saat itu nama Cannabis atau Hemp dibawah julukan barunya yang penuh cemar, Marijuana.

Dan terus berlanjut hingga kini sandangan hukum ganja semenjak diberlakukannya Marijuana Tax Act 1937.

Begitulah kiranya rangkuman hari-hari terakhir ganja bergelar LEGAL… lalu menjadi ILLEGAL.

Untuk bacaan selengkapnya, silakan dibaca di The Emperor Wears No Clothes chapter ke-4, halaman 25-39 dan juga mengenai Marijuana Tax Act: http://en.wikipedia.org/wiki/Marihuana_Tax_Act_of_1937

* Awalnya, Marijuana Tax Act ini tidak sepenuhnya mengilegalkan, dengan mengenakan pajak U$.1 per ounce, dan U$.100 per ounce jika pemiliknya tidak teregistrasi. Faktanya, banyak penyelewengan hukum yang seringkali menyebabkan hukuman penjara sampai 5 tahun atau denda yang berlipat-lipat hingga U$.2000. Lalu apa bedanya dengan sekarang?

Legalisasi Ganja Bisa Untuk Eksperimen Kualitas Kesehatan

Selama ini di berbagai negara terjadi perdebatan mengenai legalisasi ganja. Banyak kekhawatiran tentang efek negatif ganja, tapi di sisi lain banyak yang menyatakan ganja baik bagi kesehatan.

Para ahli mengatakan, ada beberapa dampak negatif saat ganja digunakan untuk kesenangan atau non-medis. Namun kekhawatiran itu dianggap tak memiliki cukup bukti.

Terlepas dari segala macam perdebatan, para ahli menilai legalisasi ganja di Colorado dan Washington di Amerika Serikat bisa digunakan untuk eksperimen mengenai kualitas kesehatan masyarakat. Dengan demikian para peneliti bisa mengumpulkan informasi akan kerugian atau manfaat dari diberlakukannya legalisasi ganja di AS.
Sejumlah pembeli memadati meja konter untuk membeli berbagai macam produk berbahan ganja yang dijual di toko penjulan ganja legal Medicine Man di Denver, Colorado (1/1/14). (AP Photo/Brennan Linsley)

Pada bulan Januari 2014, undang-undang legalisasi ganja itu sudah disahkan di dua negara bagian tersebut. Dengan aturan ini, orang dewasa berusia di atas 21 tahun bisa memiliki dan membeli ganja seberat 1 ons untuk kesenangan atau fungsi non-medis.

Sebenarnya, hingga sekarang belum banyak penelitian dari topik kerugian atau manfaat dari legalisasi ganja. Bahkan ini berlaku juga di negara-negara yang sudah melegalkan ganja.

“Ini adalah pertanyaan empiris, dan akhirnya kita akan memiliki data untuk menilai itu,” kata Rosalie Liccardo Pacula, Wakil Direktur Research Center Drug Policy, di RAND Corporation, dilansir dari Livescience.
Menurut Pacula, legalisasi ganja berpotensi memiliki dampak negatif. Ganja disebut Pacula bisa merusak memori, koordinasi, dan persepsi, dan dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Ini tentu membahayakan keselamatan publik.

Beberapa studi juga telah mengungkap, mengemudi setelah beberapa jam menggunakan ganja berpotensi menyebabkan kecelakaan hingga dua kali lipat.

Penelitian ini dilakukan oleh Guosha Li, epidemiologist di Columbia University Mailman School of Public Health, yang melakukan penelitian penggunaan ganja saat mengemudi.

Penggunaan ganja dalam waktu lama juga dapat meningkatkan risiko kerusakan mental. Baru-baru ini ada studi yang menemukan hubungan antara penggunaan ganja di masa remaja, akan berdampak terhadap IQ yang rendah di masa depan.

Meski begitu, banyak juga ilmuwan yang mengatakan ganja memiliki dampak positif bagi kesehatan. Itu sebabnya ganja masih bisa digunakan untuk kepentingan medis di sejumlah negara atau negara bagian yang belum lakukan legalisasi ganja.

Misalnya saja, mengutip laman Bussiness Insider, psikiater Tod H Mikuriya telah berikan rekomendasi kepada pasiennya untuk terapi menggunakan ganja sejak tahun 1960an.

Menurut Mikuriya, lebih dari 200 penyakit bisa diatasi dengan terapi ganja. Di antaranya dalah insomnia, gagap, dan premenstrual syndrome (PMS) bahkan penyakit kanker.
Bahkan National Cancer Institute sependapat dengan Mikuriya. Lembaga itu mengatakan ganja bisa digunakan untuk mengatasi efek samping dari kemoterapi, mencegah nausea (mual) dan muntah, meningkatkan nafsu makan, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas tidur.

Bussiness Insider pun menyebut manfaat lain ganja bagi kesehatan. Di antaranya adalah mencegah kebutaan akibat glukoma, mengendalikan penyakit epilepsi, dan mengurangi rasa cemas berlebihan. Adapun zat kimia cannabidiol di ganja dianggap bisa mencegah penyebaran kanker, dan zat aktif THC bisa mengurangi dampak penyakit Alzheimer.

Variabel Lain

Menurut Pacula berbagai studi yang mempelajari efek negatif dari ganja itu dilakukan pada populasi tertentu. Obyek penelitian seringkali merupakan orang-orang yang cenderung menggunakan obat-obat terlarang, dan bukan populasi secara keseluruhan.

Ia menambahkan, efek yang dihasilkan pada kesehatan masyarakat tergantung seberapa sering menggunakan ganja.
Faktor lain yang patut dipertimbangkan untuk jadi variabel penelitian adalah penggunaan yang dilakukan secara bersamaan dengan alkohol (yang berpotensi meningkatkan kerusakan), potensi obat-obatan terlarang lain, dan jumlah remaja yang menggunakan.

Pacula pun beralasan, sangat masuk akal jika UU legalisasi ganja akan meningkatkan penggunaan ganja oleh remaja, meski belum jelas seberapa besar peningkatan itu.

Legalisasi ganja juga dapat memiliki dampak jatuhnya harga obat-obatan terlarang. Ini tentu berpotensi meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang, terutama di kalangan remaja.

Variabel lain yang belum diketahui adalah potensi obat-obatan terlarang lain untuk digunakan dalam fungsi non-medis. Potensi ini dapat bermacam-macam, dan potensi yang paling berbahaya adalah kerusakan mental.

“Ketika kita memiliki banyak pengetahuan tentang itu, maka akan bisa diketahui apakah tingkat kesehatan masyarakat itu akan bertambah baik atau makin berkurang,” ucap Pacula. (adi/vivanews)

Ganja Untuk Pengobatan Telah Legal di 18 Negara Bagian di Amerika Serikat, Termasuk Washington DC dan Colorado

Kepemilikan mariyuana akan dilegalkan di negara bagian Washington, satu bulan setelah para pemilih mengambil opsi tersebut.
Mulai Kamis (6/12/2012) tengah malam waktu Pantai Barat AS (15.00 WIB), siapa saja yang berusia 21 tahun ke atas dapat membawa hingga 28,4 gram kanabis, meskipun menghisapnya di muka umum tetap merupakan pelanggaran kejahatan.

Ganja sudah dinyatakan legal untuk keperluan medis di negara itu sejak 1998.

Washington dan Colorado memilih untuk melegalkan mariyuana, meski hukum federal AS tetap menyatakan hal itu sebagai kejahatan. Namun, tidak ada tempat untuk membeli mariyuana di negara bagian itu selama satu tahun.

Hingga saat ini juga masih belum jelas bagaimana aparat akan menangani liberalisasi UU Narkotika di Washington dan Colorado.
Meski hukum AS secara keseluruhan masih melarang penggunaan ganja, banyak yang menggelar pesta ganja.

Ratusan orang berkumpul pada tengah malam di Space Needle, menara futuristik yang mendominasi langit malam. Mereka merayakan ‘kemerdekaan’ baru ini.

“Akhirnya anda bisa merokok ganja tanpa berpikir hal tersebut tindakan kriminal. Tak ada bedanya seperti minum bir, tak lagi dikatakan berbahaya,” ujar seorang perokok ganja, Calvin Lee.

Hal ini menyusul referendum pada 6 November lalu untuk melegalkan konsumsi ganja pribadi untuk tujuan rekreasi.

Federal

Setiap keputusan untuk menyerang negara bagian dengan hukum narkotika liberal dapat mempengaruhi rencana Washington untuk menaikkan pendapatan pajak dari pasar mariyuana yang berlisensi dan terkontrol. “Kami berada di lautan bebas,” kata Jaksa Wilayah Seattle City Pete Holmes dalam sebuah konferensi pers, Rabu.
“Kami berjuang dengan larangan ini selama satu abad,” kata Holmes menurut Seattle Post-Intelligencer.

“Akan butuh waktu untuk menggantikan sistem yang teratur dan berlisensi.”

Pendukung undang-undang Washington bersikeras mereka tidak menyarankan atau mensyaratkan siapa pun untuk melanggar hukum federal.

Namun, seorang jaksa federal regional di negara bagian itu, Jenny Durkan, mengatakan pada Post-Intelligencer bahwa “menanam, menjual, atau memiliki mariyuana dalam jumlah berapa pun tetap ilegal di bawah hukum federal,” tanpa mempedulikan hukum negara bagian apa yang diterapkan di Washington.

Mariyuana masih berada di kategori sama dengan kokain, heroin, dan methamphetamine, kata Durkan, yang menambahkan bahwa hanya Kongres yang dapat mengubah peruntukannya. (BBC Indonesia / Egidius Patnistik / Kompas)

Pemerintah Uruguay Mulai Jualan Ganja

Para penghisap ganja di Uruguay sekarang tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi menghisap ganja. Pasalnya, pemerintah negara itu telah melegalkan ganja dan bahkan memproduksinya untuk dikonsumsi rakyatnya pada bulan Oktober 2012 lalu.

Diberitakan Daily Mail, pemerintah Uruguay akan memasok ganja untuk para pengguna dan hal ini diatur dalam hukum negara tersebut.
Dalam peraturan baru, ganja akan diatur peredarannya dan dibatasi penggunaannya oleh pemerintah. Untuk setiap paketnya seberat 40 gram, atau bisa dibuat 20 batang rokok ganja, Uruguay mematok harga sekitar Rp.332 ribu.

Para pembeli hanya boleh membeli satu paket setiap bulannya. Mereka akan ditandai dengan kartu barcode yang akan diserahkan setiap membeli. Jadi setiap bulan, rakyat boleh membeli maksimal 20 batang ganja.

Untuk memenuhi permintaan para pemadat, pemerintahan Presiden Uruguay Jose Mujica juga berencana menggarap perkebunan ganja seluas 150 hektar. Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan standar kualitas agar ganja yang dijual tidak murahan. (vivanews / Daily Mail / dan berbagai sumber luar dan dalam negeri).

Baca Juga : Ketika MDMA Akan Anda Dapatkan Melalui Resep
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/01/03/ganja-sebagai-obat/

Ketika MDMA Akan Anda Dapatkan Melalui Resep


Ketika MDMA Akan Anda Dapatkan Melalui Resep

Sekarang, banyak negara yang telah melegalkan ganja medis dan rekreasi
di mana ganja rekreasi atau medis diatur oleh pemerintah peredatannya dan ganja telah menjadi hal yang biasa dari bagian kehidupan.
Lalu psychedelics apakah berikutnya?
Ini mungkin tampak seperti sebuah skenario yang sama tidak jauh untuk MDMA dan obat psychedelic lainnya, seperti LSD (asam), psilocybin (jamur), dan bahkan DMT (ayahuasca); setiap berita beberapa bulan kemudian dipatahkan oleh studi lain yang sukses di sini atau disitu, psychedelic untuk pengobatan segala sesuatu dari alkoholisme gangguan stres pasca-trauma. Tapi sebenarnya, psychedelics mungkin tidak akan pernah tersedia dengan resep apotek-jika mereka bahkan membuat ke pasar komersial sama sekali. Berikut ini alasannya.
Apakah psychedelics?
Obat A dianggap sebagai sebuah psikedelik jika hal itu mempengaruhi pengguna kognisi atau diri persepsi. Kategorisasi payung ini mencakup segala sesuatu dari ganja ke ketamin. Namun, psychedelics klasik seperti LSD dan psilocybin adalah zat untuk mengubah pengalaman indrawi pengguna dan mempromosikan halusinasi dengan menyamar sebagai serotonin.
MDMA, sebaliknya, menyebabkan otak untuk melepaskan serotonin sendiri untuk mempromosikan perasaan empati, euforia, dan cinta. Ini adalah obat yang memiliki dayatarik dengan nilai terapi yang potensial untuk mereka.
Ketika Anda Dapatkan MDMA dengan Resep Anda
Ketika obat ini pertama kali ditemukan, psikolog dari tahun 60-an (LSD) dan 70-an (MDMA) yang cepat untuk mencatat dan mendokumentasikan kegunaannya dalam hubungannya dengan psikoterapi. Tetapi dengan perkembangan obat-obatan yang sama di jalan dan di klub, Drug Enforcement Agency cepat2 memasukannya kedaftar mereka sebagai jadwal 1: zat dengan potensi tinggi untuk penyalahgunaan dan tidak ada nilai medis yang sah.
Penjadwalan obat ini efektif menghentikan semua penelitian.
"Saya pikir itu kesalahan besar dan reaksi yang berlebihan," Rick Döblin, pendiri Multidisiplin Asosiasi nirlaba untuk Studi psychedelics (MAPS diberitahu) Gizmodo.
Pada awal karirnya, Döblin mengelak draft untuk Perang Vietnam dan memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk mempelajari psychedelics sebagai gantinya. "Karena saya mengantisipasi akan masuk penjara karena draft yang melawan, saya pikir saya tidak akan mampu menjadi seorang dokter atau pengacara, jadi saya akan mencoba untuk menjadi terapis psychedelic bawah tanah sebagai gantinya."
Seiring waktu, Döblin berhasil memulai MAPS, mendapatkan dana, dan memulai proses panjang dan sulit mengembangkan obat medis baru. MAPS berjalan beberapa penelitian melihat ke obat yang berbeda untuk penyakit yang berbeda, tapi kami akan fokus pada pekerjaan mereka dengan MDMA untuk pengobatan PTSD.
Dari Bench Lab untuk Apotek
Setelah obat telah lulus semua "praklinis" pengujian-hewan dan studi skala kecil lainnya untuk membuktikan hal itu mungkin bekerja untuk penyakit-senyawa tertentu dimulai proses mendapatkan persetujuan FDA.
Uji klinis terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama tes keselamatan, dosis, dan mencari bagaimana obat dimetabolisme dan diekskresikan oleh tubuh pada orang sehat. Obat yang beralih ke fase dua uji coba terus melihat profil keamanan dan kemanjuran dalam kelompok kecil orang dengan penyakit.
Ketika Yang Akan Anda Dapatkan Resep Anda MDMA?
MDMA rumus via Wikimedia
Obat Alasan utama gagal antara tahap dua dan tiga adalah bahwa mereka hanya tidak cukup efektif untuk mengobati penyakit mereka seharusnya untuk mengobati. Jika sudah ada obat di pasar untuk penyakit-seperti Zoloft dan Paxil untuk senyawa PTSD-baru diadakan untuk standar yang lebih tinggi. Jika obat yang diuji tidak melampaui obat yang tersedia saat ini, maka mereka mungkin akan turun.
Hal ini karena fase tiga percobaan mengambil jauh lebih banyak waktu, sumber daya, dan uang untuk melakukan daripada fase sebelumnya. Fase tiga percobaan yang jauh lebih besar, biasanya berlangsung di beberapa lokasi, dan memiliki tolok ukur statistik yang lebih ketat untuk membuktikan khasiat, Kenneth Kaitin, direktur Tufts Pusat Studi Pembangunan Obat kepada Gizmodo. "Rata-rata, sekitar 33 persen dari obat yang berakhir fase dua pengujian akan pindah ke fase tiga."
Dan karena mereka benchmark yang lebih ketat, sebagian besar obat yang membuatnya ke fase tiga tidak pernah bisa keluar. Kaitin mengatakan dia mengharapkan psychedelics eksperimental untuk "berjuang" di fase tiga pengujian untuk alasan ini.
Tapi ketika datang ke psychedelics, ada lebih faktor yang berperan - terutama uang (kita akan mendapatkan itu) dan stigma sosial. "FDA sangat sensitif terhadap pandangan publik penggunaan publik dan ketersediaan obat-obatan tertentu," kata Kaitin, saya akan bersedia untuk menebak, memiliki rintangan agak lebih tinggi karena pandangan masyarakat dari jenis obat ini."
Tetapi persepsi publik benar-benar buruk? Sulit untuk mengatakan. Dua cerita tentang MDMA-satu tentang kemampuannya untuk memulihkan kehidupan, dan lain sekitar kemampuannya untuk menghancurkan masyarakat.
Meskipun beberapa yang mendorong legalisasi dari semua obat, seperti organisasi Penegakan Hukum Terhadap Larangan (LEAP) tetap berada dalam visi periferal di mata publik.
Terlepas dari persepsi publik, Administrasi Makanan dan Obat adalah sangat setuju untuk penelitian psychedelic. Michael Mithoefer mengepalai penelitian MDMA sebagai pengobatan untuk PTSD di MAPS. Dia mengatakan ketika ia pertama kali diusulkan penelitiannya ke FDA pada tahun 2000, badan cepat untuk menyetujui. Itu Badan-yang Drug Enforcement harus menandatangani penelitian dari setiap jadwal 1 obat-yang lambat untuk menyetujui. (Namun, setelah Mithoefer membersihkan rintangan untuk studi awal, memperoleh persetujuan dari kedua lembaga itu relatif mudah.)
Mithoefer dan kelompoknya telah menyelesaikan tahap kedua penelitian dari MDMA. Dalam studi percontohan awal, yang diuji MDMA terhadap plasebo dalam kelompok 20 pasien, peserta yang menerima MDMA menikmati pengurangan 30 poin (dari 120) di Clinician Diperintah PTSD Skala. Lebih penting lagi, 10 dari 12 pasien yang menerima MDMA di persidangan tidak lagi memenuhi kriteria untuk diagnosis PTSD pada akhir penelitian.
Biaya Membawa Obat untuk Pasar
Sebagian besar penelitian dan pengembangan untuk obat baru dibayar oleh perusahaan farmasi besar. Perusahaan-perusahaan ini terkenal tertutup tentang berapa banyak uang yang benar-benar masuk ke penelitian dan pengembangan, serta bagaimana faktor yang menjadi harga obat. Namun, menurut Döblin, biaya rata-rata pengembangan obat adalah ke atas dari $ 1000000000.
Dan perusahaan farmasi tidak tertarik dalam mengembangkan psychedelics, untuk sejumlah alasan. Pertama, mereka tidak sangat menguntungkan.
Sebagai MAPS mengusulkan mereka, obat psychedelic hanya akan diberikan beberapa kali dalam hidup pasien. Dibandingkan dengan antidepresan, yang perlu diambil setiap hari, psychedelics tidak terlalu menguntungkan.
Perusahaan obat sering menggunakan paten untuk mempertahankan terus milik mereka pada obat untuk selama mungkin, sehingga memaksimalkan keuntungan mereka. Tapi Döblin telah berusaha keras untuk memastikan obat psychedelic tidak bisa dipatenkan.
Jadi penelitian psychedelic telah harus sebagian besar mengandalkan sumbangan pribadi dari orang-orang kaya dan organisasi, dan beberapa dana dari instansi pemerintah seperti National Science Foundation. Tapi psychedelics memiliki satu kaki besar di atas bagian depan dana: penelitian sebelumnya.
Sebelum psychedelics klasik DEA dijadwalkan di tahun 70-an dan 80-an MDMA dalam, psikiater telah melakukan banyak penelitian yang meneliti keamanan, mekanisme kerja, dan dosis-meletakkan dasar untuk uji klinis MAPS adalah melakukan hari ini. "Kami memperkirakan bahwa mereka penelitian telah diproduksi dengan biaya di suatu tempat lebih dari 300 juta dolar diambil bersama-sama," kata Döblin.
Tahap dua percobaan biaya MAPS sekitar 5 juta. Sekarang nirlaba yang menembak untuk 22 juta untuk tahap tiga; mereka telah mengangkat sekitar 7 juta sejauh ini. Döblin mengatakan dia mengharapkan fase tiga uji coba akan selesai 2021, meskipun menyematkan tanggal yang tepat pada percobaan klinis selesai sulit.
Jadi Bagaimana Tentang Resep itu?
Menganggap MDMA tidak lulus fase tiga dengan terbang warna, proses masih belum berakhir. Pada saat itu, MAPS harus menyerahkan Aplikasi Obat Baru (NDA) ke FDA. FDA ulasan aplikasi, memutuskan bagaimana akan diberi label, dan memeriksa fasilitas di mana ia akan diproduksi. Ini bisa berlangsung antara enam bulan sampai dua tahun.
Tapi jalan tidak berakhir di sana. Karena MDMA beresiko tinggi karena melanggar, MAPS mengharapkan hal itu akan pergi melalui panjang melelahkan untuk membuktikan bahwa mereka memiliki strategi manajemen risiko yang efektif agar FDA untuk memberikan lampu hijau untuk penggunaan komersial.
Mithoefer mengatakan Gizmodo rencana saat ini adalah bahwa MDMA hanya akan tersedia untuk terapis yang lulus program pelatihan MAPS. Ini akan dikelola oleh tim dua terapis di sebuah kantor di mana pasien akan dipantau semalam. MDMA tidak akan tersedia sebagai obat dibawa pulang, Mithoefer mengatakan, karena itu bukan hanya MDMA yang tunduk pada persetujuan FDA. FDA perlu menyetujui obat dan protokol terapi yang diusulkan dan diuji oleh MAPS dalam uji klinis mereka.
Terakhir, agar MDMA untuk digunakan oleh siapa saja dalam konteks terapi, DEA harus mengubah status hukumnya dari jadwal 1 ke salah satu "jadwal medis" - status yang diberikan kepada zat yang dikendalikan yang telah terbukti secara medis berguna. FDA akan menyarankan status baru untuk obat, tetapi pada akhirnya keputusan tentang penjadwalan terletak di tangan DEA. Menurut agen dalam DEA, proses ini bisa memakan waktu hingga 12 bulan.
Sean Dunagan, mantan spesialis penelitian intelijen senior di DEA dan anggota saat LEAP kepada Gizmodo bahwa ia mengharapkan DEA akan bersedia untuk menjadwal ulang MDMA jika itu menunjukkan nilai medis. Namun, statusnya sebagai obat medis tidak akan mengubah kriminalitas menjual dan memiliki obat luar penggunaan medis disetujui, Dunagan memperingatkan. MDMA di jalan juga akan masih memiliki semua masalah yang sama seperti sekarang-dengan adulterants misteri dan dosis.
Sementara MDMA dan psychedelics lainnya mungkin tidak akan tersedia di apotek, pengembangan mereka ke obat-obatan medis memberikan secercah harapan bagi mereka yang menderita belum diatasi dengan pilihan saat ini.

Baca Juga : Sejarah dan Perjalanan Penyebaran Tanaman Ganja-Ganja telah banyak digunakan sejak zaman prasejarah. Laporan terbaru memberikan gambaran mengenai sejarah dan penyebarannya.
http://gizmodo.com/when-are-you-going-to-get-your-prescription-mdma-1732060208

Sejarah dan Perjalanan Penyebaran Tanaman Ganja

Sejarah dan Perjalanan Penyebaran Tanaman Ganja

Dengan adanya pertimbangan melegalkan ganja, sebenarnya bagaimana sejarah perjalanan tanaman ini?

Ganja telah banyak digunakan sejak zaman prasejarah. Laporan terbaru memberikan gambaran mengenai sejarah dan penyebarannya. Barney Warf, penulis laporan tersebut, seorang profesor geografi di University of Kansas di Lawrence, menjelaskan bagaimana penggunaan ganja di Asia ribuan tahun lalu, dan sejak saat itu menemukan jalannya ke seluruh pelosok dunia.

"Ganja lebih banyak dipakai sebagai obat dan tujuan spiritual pada era pramodern," kata Warf. "Misalnya, suku Viking dan Jerman kuno memanfaatkan ganja untuk meredakan sakit saat melahirkan dan sakit gigi."

"Gagasan mengenai ganja adalah obat berbahaya (narkoba) adalah pemikiran yang baru-baru ini dibangun," dan fakta bahwa ganja diilegalkan merupakan suatu "anomali sejarah". Ganja sudah legal di berbagai daerah karena sejarahnya.

Darimana asalnya?
Ada berbagai jenis tanaman ganja. Yang pertama, Cannabis sativa atau ganja, memiliki bahan psikoaktif. Tanaman yang lainnya, Cannabis sativa L. (Huruf L melambangkan penghormatan Carl Linnaeus), atau dikenal sebagai rami. Tanaman ini tidaklah mengandung bahan psikoaktif dan dipakai dalam produk seperti minyak, pakaian, dan bahan bakar.

Ada pun Cannabis indica, tanaman berspesies sama yang juga mengandung bahan psikoaktif. Tanaman ini ditemukan oleh ahli alam dari Perancis, Jean-Baptiste Lamarck.

Tanaman ketiga dari spesies yang sama, Cannabis ruderalis, dinamai demikian pada 1924 oleh ahli botani Rusia, D. E. Janischevisky.

Tanaman-tanaman ganja ini dipercaya telah berevolusi di stepa Asia Tengah, khususnya di daerah yang saat ini kita kenal sebagai Mongolia dan Siberia selatan.

Ribuan tahun lalu, ganja banyak ditanam di antara berbagai tanaman yang dibudidayakan manusia. Hal ini diketahui dari buku Marihuana: The First Twelve Thousand Years (Springer, 1980).

"Ia mungkin berkembang di tempat pembuangan yang kaya nutrisi dari pemburu prasejarah dan pengumpul," tulis Warf dalam laporan yang ia buat.

Biji ganja yang dibakar juga ditemukan dalam gundukan pemakaman kurgan di Siberia pada 3.000 SM. Di daerah Xinjiang, Tiongkok, ganja psikoaktif ditemukan pada beberapa makam orang-orang mulia.

Di Tiongkok, rami dan ganja psikoaktif dimanfaatkan secara luas ketika terjadi kecelakaan. Pemanfaatan ganja sebagai obat pertama kali ditemukan pada 4.000 SM. Ramuan ini digunakan, misalnya sebagai anestesi selama operasi, dan menurut cerita, Kaisar Tiongkok Shen Nung pun memanfaatkannya pada 2737 SM. (Namun, keberadaan Shen Nung sebenarnya diperdebatkan, entah ia nyata atau fiksi, karena kaisar pertama Tiongkok lahir lama setelah keberadaan Shen Nung.)

Dari Tiongkok, petani pesisir membawa panci ke Korea sekitar 2.000 SM atau lebih awal lagi, menurut buku The Archaeology of Korea (Cambridge University Press, 1993). Ganja tiba ke benua Asia Selatan antara tahun 2000 SM dan 1000 SM, ketika wilayah itu diserang oleh bangsa Arya, kelompok berbahasa Indo-Eropa kuno. Obat ini menjadi banyak dipakai di India, dan dirayakan sebagai salah satu dari "Lima raja ramuan...yang melepaskan kita dari kecemasan" dalam salah satu puisi Sansekerta Veda kuno.

Dari Asia hingga ke Eropa
Ganja tiba di Timur Tengah antara 2000 SM dan 1400 SM, dan kemungkinan dipakai oleh kelompok Scythian, pengembara Indo-Eropa. Scythian diketahui membawa obat ini ke Rusia tenggara dan Ukraina, lalu menghuni daerah tersebut selama bertahun-tahun. Suku Jerman membawa obat tersebut ke Jerman, dan ganja pun tersebar dari sana ke Britania pada abad ke lima dengan invasi Anglo-Saxon.

"Biji ganja juga telah ditemukan dalam reruntuhan perahu Viking pada pertengahan abad ke sembilan," kata Warf. Selama berabad-abad berikutnya, ganja bermigrasi ke berbagai wilayah dunia, menempuh perjalanan ke Afrika, mencapai Amerika Selatan pada abad ke-19 dan dibawa ke utara setelah itu, dan akhirnya mencapai Amerika Utara.

Masuk ke Amerika
Ganja tiba di Amerika pada awal abad ke 20, di barat daya Amerika dari Meksiko, dengan para imigran melarikan diri dari negara itu selama masa Revolusi Meksiko pada 1910-1911.

"Banyak prasangka awal terhadap ganja yang sebenarnya ketakutan terhadap perokok yang sering diberitakan oleh koran," kata Warf dalam laporannya. "Orang Meksiko kerap disalahkan karena merokok ganja, kejahatan properti, merayu anak-anak dan terlibat dalam modus pembunuhan."

Undang-undang Amerika tak pernah menyadari perbedaan antara Cannabis sativa L. dengan Cannabis sativa. Tanaman ini pertama kali dilarang di Utah pada 1915, menjadi ilegal di 29 negara pada 1931.

Pada 1930, Harry Aslinger menjadi komisioner pertama dari Federal Bureau of Narcotics (FBN) dan melakukan beberapa upaya untuk membuat ganja ilegal di semua negara. Pada tahun 1937, Undang-undang Pajak Marijuana menempatkan ganja di bawah peraturan dari Drug Enforcement Agency, mengkriminalisasi kepemilikan pabrik di seluruh negeri.

"Saat ini ganja masih diklasifikasikan sebagai Skedul I dikontrol substansi oleh pemerintah, bersama dengan heroin dan LSD, menunjukkan tanaman ini berpotensi tinggi untuk disalahgunakan dan menimbulkan kecanduan, tidak diterima keperluan medis dan tidak ada tingkat aman dalam penggunaannya," tulis Warf dalam laporan tersebut.

Baca Juga : DrugFacts : Memahami Penyalahgunaan Obat dan Ketergantungan Banyak orang tidak mengerti mengapa atau bagaimana orang lain menjadi kecanduan obat.
Hal ini sering keliru menganggap bahwa penyalahguna narkoba kekurangan prinsip-prinsip moral atau kemauan dan bahwa mereka bisa berhenti menggunakan narkoba hanya dengan memilih untuk mengubah perilaku mereka.

(Sumber: LiveScience.com)

DrugFacts : Memahami Penyalahgunaan Obat dan Ketergantungan


DrugFacts :  Memahami Penyalahgunaan Obat dan Ketergantungan

Banyak orang tidak mengerti mengapa atau bagaimana orang lain menjadi kecanduan obat.
Hal ini sering keliru menganggap bahwa penyalahguna narkoba kekurangan prinsip-prinsip moral atau kemauan dan bahwa mereka bisa berhenti menggunakan narkoba hanya dengan memilih untuk mengubah perilaku mereka.
Pada kenyataannya, kecanduan narkoba adalah penyakit kompleks, dan berhenti merokok membutuhkan lebih dari niat baik atau kemauan yang kuat.
Bahkan, karena obat mengubah otak dengan cara yang mendorong penyalahgunaan narkoba kompulsif, berhenti sulit, bahkan bagi mereka yang siap untuk melakukannya. Melalui kemajuan ilmiah, kita tahu lebih banyak tentang bagaimana obat bekerja di otak dari sebelumnya, dan kami juga tahu bahwa kecanduan narkoba dapat diatasi untuk membantu orang berhenti menyalahgunakan narkoba dan menjalani kehidupan yang produktif.
Penyalahgunaan narkoba dan kecanduan memiliki konsekuensi negatif bagi individu dan masyarakat. Perkiraan total biaya keseluruhan penyalahgunaan zat di Amerika Serikat, termasuk produktivitas dan kesehatan dan biaya-kejahatan terkait, melebihi $ 600.000.000.000 per tahun. Ini termasuk sekitar $ 193.000.000.000 untuk obat-obatan terlarang, 1 $ 193.000.000.000 untuk tembakau, 2 dan $ 235.000.000.000 untuk alkohol. 3 sangat mengejutkan karena angka-angka ini, mereka tidak sepenuhnya menggambarkan luasnya implikasi kesehatan dan keselamatan publik destruktif penyalahgunaan narkoba dan kecanduan, seperti disintegrasi keluarga, kehilangan pekerjaan, gagal di sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan anak.
Apa Ketergantungan Obat?
Kecanduan adalah kronis, penyakit otak yang sering kambuh yang menyebabkan pencarian obat kompulsif dan penggunaan, meskipun konsekuensi berbahaya bagi individu kecanduan dan untuk orang-orang di sekitar dia. Meskipun keputusan awal untuk mengambil obat bersifat sukarela bagi kebanyakan orang, perubahan otak yang terjadi dari waktu ke waktu menantang kontrol diri orang kecanduan dan menghambat kemampuan nya untuk melawan impuls intens untuk mengambil obat.
Untungnya, perawatan yang tersedia untuk membantu orang mengatasi efek mengganggu kuat kecanduan ini. Penelitian menunjukkan bahwa menggabungkan obat pengobatan kecanduan dengan terapi perilaku adalah cara terbaik untuk memastikan keberhasilan untuk sebagian besar pasien. Pendekatan pengobatan yang disesuaikan dengan pola penyalahgunaan narkoba setiap pasien dan masalah kesehatan, kejiwaan, dan sosial co-terjadi dapat menyebabkan pemulihan dan kehidupan tanpa penyalahgunaan narkoba.
Mirip dengan kronis lainnya, penyakit kambuh, seperti diabetes, asma, atau penyakit jantung, kecanduan narkoba dapat dikelola berhasil. Dan seperti penyakit kronis lainnya, tidak jarang bagi seseorang untuk kambuh dan mulai menyalahgunakan narkoba lagi. Kambuh, bagaimanapun, tidak menandakan kegagalan pengobatan-bukan, itu menunjukkan bahwa pengobatan harus dikembalikan atau disesuaikan atau yang pengobatan alternatif diperlukan untuk membantu individu mendapatkan kembali kontrol dan memulihkan.
Apa yang Terjadi pada Otak Anda Ketika Anda Ambil Obat?
Obat mengandung bahan kimia yang memasuki sistem komunikasi otak dan mengganggu cara sel-sel saraf biasanya mengirim, menerima, dan mengolah informasi. Setidaknya ada dua cara bahwa obat menyebabkan gangguan ini: (1) dengan meniru utusan kimia alami otak dan (2) dengan overstimulating "sirkuit reward" dari otak.
Beberapa obat (misalnya, ganja dan heroin) memiliki struktur yang mirip dengan utusan kimia yang disebut neurotransmitter, yang secara alami diproduksi oleh otak. Kesamaan ini memungkinkan obat untuk "menipu" reseptor otak dan mengaktifkan sel-sel saraf untuk mengirim pesan yang abnormal.
Obat lain, seperti kokain atau metamfetamin, dapat menyebabkan sel-sel saraf untuk melepaskan sejumlah besar abnormal neurotransmitter alami (terutama dopamin) atau untuk mencegah daur ulang normal kimia otak ini, yang diperlukan untuk mematikan sinyal antara neuron. Hasilnya adalah otak dibanjiri dopamin, sebuah neurotransmitter hadir di daerah otak yang mengontrol gerakan, emosi, motivasi, dan perasaan senang. The overstimulasi sistem reward ini, yang biasanya merespon perilaku alami terkait dengan kelangsungan hidup (makan, menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai, dll), menghasilkan efek euforia dalam menanggapi obat psikoaktif. Reaksi ini menetapkan suatu pola memperkuat bahwa "mengajarkan" orang untuk mengulangi perilaku menguntungkan dari obat .
Sebagai orang terus menyalahgunakan obat, otak menyesuaikan dengan lonjakan besar dalam dopamin dengan memproduksi kurang dopamin atau dengan mengurangi jumlah reseptor dopamin di sirkuit reward. Hasilnya adalah berkurangnya dampak dopamin pada sirkuit reward, yang mengurangi kemampuan pelaku untuk menikmati tidak hanya obat-obatan tetapi juga acara lainnya dalam hidup yang sebelumnya membawa kesenangan. Penurunan ini memaksa orang kecanduan untuk menjaga obat menyalahgunakan dalam upaya untuk membawa fungsi dopamin kembali normal, tetapi jumlah yang lebih besar sekarang obat yang diperlukan untuk mencapai dopamin yang sama tinggi-efek yang dikenal sebagai toleransi.
Efek jangka panjang menyebabkan perubahan dalam sistem kimia otak lain dan sirkuit juga. Glutamat adalah neurotransmitter yang mempengaruhi sirkuit reward dan kemampuan untuk belajar. Ketika konsentrasi optimal glutamat diubah oleh penyalahgunaan narkoba, otak mencoba untuk mengkompensasi, yang dapat merusak fungsi kognitif. Pencitraan otak individu pecandu narkoba menunjukkan perubahan di daerah otak yang sangat penting untuk penilaian, pengambilan keputusan, belajar dan memori, dan kontrol perilaku. Bersama-sama, perubahan ini dapat menggerakkan sebuah pelaku untuk mencari dan mengambil obat kompulsif meskipun merugikan, bahkan menghancurkan konsekuensi-itu adalah sifat kecanduan.
Mengapa Sebagian Orang Menjadi Addicted sementara yang lainnya tidak?
Tidak ada faktor tunggal dapat memprediksi apakah seseorang akan menjadi kecanduan obat. Risiko kecanduan dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor-faktor yang meliputi biologi individu, lingkungan sosial, dan usia atau tahap perkembangan. Faktor risiko individu memiliki, semakin besar kesempatan yang mengambil obat dapat menyebabkan kecanduan. Sebagai contoh:
Biologi. Gen orang dilahirkan dengan-dalam kombinasi dengan lingkungan pengaruh-akun untuk sekitar setengah dari kerentanan kecanduan mereka. Selain itu, jenis kelamin, etnis, dan adanya gangguan mental lainnya dapat mempengaruhi risiko untuk penyalahgunaan narkoba dan kecanduan.
Lingkungan. Lingkungan seseorang mencakup banyak pengaruh yang berbeda, dari keluarga dan teman-teman untuk status sosial ekonomi dan kualitas hidup secara umum. Faktor-faktor seperti tekanan teman sebaya, kekerasan fisik dan seksual, stres, dan kualitas pengasuhan dapat sangat mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan narkoba dan eskalasi kecanduan dalam kehidupan seseorang.
Pengembangan. Faktor genetik dan lingkungan berinteraksi dengan tahap perkembangan penting dalam kehidupan seseorang untuk mempengaruhi kecanduan kerentanan. Meskipun mengambil obat pada usia berapa pun dapat menyebabkan kecanduan, yang sebelumnya bahwa penggunaan narkoba dimulai, semakin besar kemungkinan akan berkembang menjadi penyalahgunaan yang lebih serius, yang menimbulkan tantangan khusus untuk remaja. Karena area di otak mereka yang mengatur pengambilan keputusan, penilaian, dan pengendalian diri yang masih berkembang, remaja mungkin sangat rentan terhadap pengambilan risiko perilaku, termasuk mencoba penyalahgunaan obat.
Pencegahan Apakah Kunci
Kecanduan obat adalah penyakit yang dapat dicegah. Hasil dari penelitian NIDA didanai telah menunjukkan bahwa program pencegahan yang melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat, dan media yang efektif dalam mengurangi penyalahgunaan narkoba. Meskipun banyak peristiwa dan faktor budaya mempengaruhi penyalahgunaan narkoba tren, ketika pemuda menganggap penyalahgunaan obat berbahaya, mereka mengurangi pengambilan obat mereka. Dengan demikian, pendidikan dan penjangkauan adalah kunci dalam membantu pemuda dan masyarakat umum memahami risiko penyalahgunaan narkoba. Guru, orang tua, dan profesional kesehatan medis dan masyarakat harus terus mengirim pesan yang kecanduan narkoba dapat dicegah jika seseorang pernah pelanggaran narkoba.
Diterjemahkan oleh google dari:
http://www.drugabuse.gov/…/understanding-drug-abuse-addicti…
Sumber Informasi lainnya
Untuk informasi tentang penyalahgunaan narkoba dan kecanduan pemahaman, silakan lihat buklet kami, Narkoba, Otak, dan Perilaku-The Science of Addiction.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pencegahan, silahkan kunjungi kami halaman informasi Pencegahan.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pengobatan, silakan kunjungi kami halaman informasi Treatment.
Untuk menemukan pusat perawatan yang didanai publik di Negara Anda, hubungi 1-800-662-HELP atau kunjungi www.findtreatment.samhsa.gov.
Referensi
National Drug Intelligence Pusat (2011). Dampak Ekonomi Gelap Penggunaan Obat di American Society. Washington DC: Amerika Serikat Departemen Kehakiman. Tersedia di: http://www.justice.gov/archive/ndic/pubs44/44731/44731p.pdf (PDF, 2.4MB)
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Rokok diatribusikan Kematian, Tahun Potensi Hidup Hilang, dan Produktivitas Kerugian-Amerika Serikat, 2000-2004. Morbidity and Mortality Weekly Report. Tersedia di: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5745a3.htm (PDF 1.4MB).
Rehm, J., Mathers, C., Popova, S., Thavorncharoensap, M., Teerawattananon Y., Patra, J. global beban penyakit dan cedera dan biaya ekonomi disebabkan penggunaan alkohol dan gangguan penggunaan alkohol. Lancet, 373 (9682): 2223-2233, 2009

Baca Juga : The messed up truth-ni adalah kejadian nyata yang setiap hari terjadi dilingkungan Kita semua!
1.Ketika Anak Kita disuguhi tontonan Demo,kericuhan,dan onar kita hanya diam saja
2.Ketika Anak kita disuguhi tontonan kekerasan anda hanya diam saja
3.Ketika Anak kita disuguhi tontonan vulgar anda juga diam saja
4.Namun apa yang terjadi ketika Anak kita disuguhi kebenaran tentang ganja ! anda pun segera memutarbalikkan fakta kebenarannya padahal anda juga tidak mengetahui apa itu ganja yang sebenarnya. Dosa apa yang telah ganja lakukan pada anda dan keluarga selama ini?
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1632768683672726&id=1512187899064139&substory_index=0

The messed up truth




The messed up truth

Ini adalah kejadian nyata yang setiap hari terjadi dilingkungan Kita semua!
1.Ketika Anak Kita disuguhi tontonan Demo,kericuhan,dan onar kita hanya diam saja
2.Ketika Anak kita disuguhi tontonan kekerasan anda hanya diam saja
3.Ketika Anak kita disuguhi tontonan vulgar anda juga diam saja
4.Namun apa yang terjadi ketika Anak kita disuguhi kebenaran tentang ganja ! anda pun segera memutarbalikkan fakta kebenarannya padahal anda juga tidak mengetahui apa itu ganja yang sebenarnya. Dosa apa yang telah ganja lakukan pada anda dan keluarga selama ini?

Baca Juga :Apa itu Maryuana Medis?-Mariyuana medis mengacu menggunakan seluruh tanaman ganja yang belum diproses atau ekstrak dasar untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit.
Dan perlu diketahui sampai saat ini US Food and Drug Administration (FDA) belum mau mengakui atau menyetujui tanaman ganja sebagai obat.

Apa itu Maryuana Medis?

Apa itu Maryuana Medis?

Mariyuana medis mengacu menggunakan seluruh tanaman ganja yang belum diproses atau ekstrak dasar untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit.
Dan perlu diketahui sampai saat ini US Food and Drug Administration (FDA) belum mau mengakui atau menyetujui tanaman ganja sebagai obat.
Namun, studi ilmiah dari bahan kimia dalam ganja, yang disebut cannabinoid, telah menyebabkan dua obat telah disetujui oleh FDA yang mengandung bahan kimia cannabinoid dalam bentuk pil.
Karena tanaman ganja mengandung bahan kimia yang dapat membantu mengobati berbagai penyakit atau gejala, banyak orang berpendapat bahwa ganja harus legal untuk tujuan medis.
Bahkan, semakin banyak negara telah melegalisir ganja untuk keperluan medis. Baca lebih lanjut tentang undang-undang ganja negara terkait di www.whitehouse.gov/ondcp/state-laws-related-to-marijuana.
Mengapa FDA tidak menyetujui tanaman ganja sebagai obat ?
FDA membutuhkan studi yang dilakukan dengan hati-hati (uji klinis) di ratusan hingga ribuan subyek manusia untuk menentukan manfaat dan risiko dari obat ganja.
Sejauh ini, para peneliti belum melakukan uji coba klinis dalam skala besar yang menunjukkan bahwa manfaat dari tanaman ganja.
Baca lebih lanjut tentang berbagai efek fisik, mental, dan perilaku ganja di DrugFacts: Marijuana di www.drugabuse.gov/publications/drugfacts/marijuana.
Apa cannabinoids?
Cannabinoids adalah bahan kimia yang berhubungan dengan delta-9-tetrahydrocannabinol (THC), zat utama ganja untuk mengubah pikiran.
Selain THC, tanaman ganja mengandung lebih dari 100 cannabinoids lainnya.
Para ilmuwan serta produsen ilegal telah menghasilkan banyak cannabinoids di laboratorium.
Tubuh kita sendiri juga menghasilkan bahan kimia cannabinoid.
Mereka memainkan peran dalam mengatur kesenangan, memori, berpikir, konsentrasi, gerakan tubuh, kesadaran waktu, nafsu makan, nyeri, dan indera (rasa, sentuhan, penciuman, pendengaran, dan penglihatan).
Apa CBD?
Cannabidiol (CBD) untuk mengobati kondisi tertentu seperti epilepsi pada anak, gangguan yang menyebabkan seorang anak untuk memiliki kejang.
Oleh karena itu, para ilmuwan telah secara khusus memuliakan tanaman ganja ini dan membuat CBD dalam bentuk minyak untuk tujuan pengobatan.
Obat ini mungkin kurang diinginkan untuk pengguna rekreasi karena tidak memabukkan.
Bagaimana cannabinoids berguna sebagai obat?
Saat ini ada dua cannabinoids utama dari tanaman ganja yang menarik medis THC dan CBD.
THC meningkatkan nafsu makan dan mengurangi mual.
Obat berbasis THC disetujui FDA digunakan untuk tujuan ini.
THC juga dapat menghilangkan rasa nyeri, peradangan (pembengkakan dan kemerahan), dan masalah kontrol otot.
CBD adalah cannabinoid yang tidak mempengaruhi pikiran atau perilaku.
Mungkin berguna dalam mengurangi rasa sakit dan peradangan, mengendalikan serangan epilepsi, dan bahkan mungkin mengobati penyakit mental dan kecanduan.
NIH yang didanai peneliti lain terus mengeksplorasi kemungkinan penggunaan THC, CBD, dan cannabinoids lainnya untuk perawatan medis.
Misalnya, penelitian pada hewan terbaru menunjukkan bahwa ekstrak ganja dapat membantu membunuh sel kanker tertentu dan mengurangi ukuran untuk yang lain.
Bukti dari sebuah penelitian kultur sel menunjukkan bahwa ekstrak dimurnikan dari ganja seluruh tanaman bisa memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker dari salah satu jenis yang paling serius dari tumor otak. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa pengobatan dengan ekstrak dimurnikan dari THC dan CBD, bila digunakan dengan radiasi, meningkatkan efek kanker membunuh radiasi (Scott, 2014).
Para ilmuwan juga melakukan uji praklinis dan klinis dengan ganja dan ekstrak untuk mengobati berbagai penyakit dalam kondisi, seperti berikut:
penyakit autoimun (penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh):
HIV / AIDS
multiple sclerosis (MS), yang menyebabkan hilangnya bertahap kontrol otot
Penyakit Alzheimer, yang menyebabkan hilangnya fungsi otak, yang mempengaruhi memori, berpikir, dan perilaku
peradangan
sakit
kejang
Gangguan penggunaan zat
gangguan mental
Baca lebih lanjut tentang penelitian ganja NIDA ini di: www.drugabuse.gov/drugs-a…/marijuana/marijuana-research-nida and www.drugabuse.gov/…/nida-research-therapeutic-benefits-cann… .
Penggunaan obat ganja secara teratur adalah praktek yang cukup baru. Untuk itu, dampaknya pada orang-orang yang lemah karena usia atau sakit masih relatif tidak dikenal.
Orang tua dan mereka yang menderita penyakit seperti kanker atau AIDS bisa lebih rentan terhadap efek berbahaya obat.
Para ilmuwan perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apa yang akan terjadi.
Obat apa yang mengandung cannabinoid?
Dua obat yang disetujui FDA, dronabinol dan nabilone, mengandung THC. untuk mengobati mual yang disebabkan oleh kemoterapi dan meningkatkan nafsu makan pada pasien dengan penurunan berat badan ekstrim yang disebabkan oleh AIDS.
Britania Raya, Kanada, dan beberapa negara Eropa telah menyetujui nabiximols (Sativex ®), semprotan mulut yang mengandung THC dan CBD.
Memperlakukan masalah kontrol otot yang disebabkan oleh MS. Amerika Serikat sedang melakukan uji klinis untuk penggunaan yang aman dalam mengobati nyeri kanker.
Meskipun belum mengalami uji klinis, para ilmuwan baru-baru ini menciptakan Epidiolex, obat cair CBD berbasis untuk mengobati bentuk-bentuk tertentu dari epilepsi pada anak2.
Untuk informasi lebih lanjut tentang ganja dan efek kesehatan, kunjungi:
www.drugabuse.gov/publications/research-reports/marijuana
www.drugabuse.gov/publications/drugfacts/marijuana
Untuk informasi lebih lanjut tentang ganja dan penelitian cannabinoid yang dilakukan oleh NIDA dan NIH, kunjungi:
www.drugabuse.gov/marijuana-research-nida
www.drugabuse.gov/…/nida-research-therapeutic-benefits-cann…
Untuk informasi lebih lanjut tentang undang-undang negara yang terkait dengan ganja, kunjungi:
www.whitehouse.gov/ondcp/state-laws-related-to-marijuana
Referensi
Scott KA, Dalgleish AG, Liu WM. Kombinasi cannabidiol dan Δ9-tetrahydrocannabinol meningkatkan efek antikanker radiasi dalam model glioma murine orthotopic. Mol Kanker Ther. 2014; 13 (12): 2955-67.
Publikasi ini tersedia untuk Anda gunakan dan dapat dibagikan secara keseluruhan dan tidak perlu izin dari NIDA.
Diterjemahkan oleh google dari:
http://www.drugabuse.gov/publi…/drugfacts/marijuana-medicine

Baca Juga :Tom Palmer: Legalisasi Narkoba Akan Mengurangi Dampak Negatif Narkoba Isu pemberantasan narkoba di Indonesia merupakan isu penting. Lembaga negara yang berwenang menangani permasalahan tersebut
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1632760687006859&id=1512187899064139

Tom Palmer: Legalisasi Narkoba Akan Mengurangi Dampak Negatif Narkoba


Tom Palmer: Legalisasi Narkoba Akan Mengurangi Dampak Negatif Narkoba

Wawancara Rofi Uddarojat | 24 Agu 2015 |
Isu pemberantasan narkoba di Indonesia merupakan isu penting. Lembaga negara yang berwenang menangani permasalahan tersebut, seperti Badan Narkotika Negara (BNN) telah aktif, bahkan sangat aktif, dalam menjalankan program pemberantasan narkoba. Eksekusi mati pun dilakukan bagi terpidana kasus narkoba kelas berat walaupun mendapatkan respon keras dari negara-negara tetangga. Namun apakah kebijakan “perang melawan narkoba” ini efektif? Nyatanya tidak, narkoba masih banyak beredar di masyarakat kita. Lalu apakah solusi efektif untuk pemberantasan perdagangan narkoba? Tom G. Palmer, Vice President ATLAS Network membagikan pengalaman negara-negara Eropa yang telah cukup berhasil dalam mengurangi peredaran narkotika dengan mengikuti kebebasan individu dan perilaku alamiah manusia itu sendiri. Simak petikan wawancara Tom G. Palmer dengan Managing Editor SuaraKebebasan.org, Rofi Uddarojat di sela-sela acara International Society for Individual Liberty (ISIL) Conference, di Bali Juli lalu.
Tom, apa kabar hari ini?
Sangat baik dan senang bertemu anda hari ini Rofi.
Senang bertemu dengan anda hari ini di Ubud, Bali. Saya pikir ini tempat yang indah untuk membicarakan tentang buku terbaru anda – “State Control or Self Control” (Pengendalian Oleh Negara atau Pengendalian Diri) - isinya tentang apa?
Isinya tentang hubungan yang sangat mendalam antara kebebasan dan tanggung jawab. Dalam banyak diskusi tentang kebebasan, orang mengesampingkan peran tanggung jawab. Jika kita hidup dalam masyarakat yang bebas, maka itu adalah masyarakat di mana orang-orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya. Dan tentu saja kita juga menuntut pemerintah untuk akuntabel dan bertanggung jawab atas tingkah laku pemerintah dan politisi. Itulah yang dimaksud dengan akuntabilitas demokratis. Kritik terhadap ide kebebasan, Libertarian atau Liberal klasik kadang salah mengerti dengan berpikir bahwa kebebasan berati melakukan apa saja yang terlintas di kepala, bahkan jika itu mencederai orang lain. (kebebasan) yang tidak berbatas. Tetapi, pemikir hebat dalam tradisi libertarian John Locke contohnya, membedakan hal ini dari Kebebasan. Mereka menyebutnya “liasons”. Liasons adalah ketika anda melakukan apa saja yang terlintas di kepala anda, tanpa memikirkan akibatnya, atau mengambil tanggung jawab dari tindakan tersebut. Tetapi pribadi yang bebas berarti juga harus bertanggung jawab atas tingkah laku anda. Ada hubungan fungsional yang sangat dekat antar keduanya. Kebebasan dan tidak memiliki rasa tanggung jawab adalah dua hal yang saling berlawanan, anda bisa katakan demikian.
Apa yang diperlukan bagi orang muda agar bertanggung jawab terhadap diri mereka dan pada saat yang bersamaan punya kebebasan? Maksud saya, tentu saja kita bertanggung jawab terhadap diri kita masing-masing. Kenapa bisa kita punya keduanya [kebebasan dan tanggung jawab]?
Begini, buku ini ditulis dalam beberapa rangkaian bab. Saya menulis beberapa bagian dalamnya. Tetapi saya juga mengundang beberapa bab untuk ditulis oleh para cendekiawan terkemuka dari berbagai belahan dunia untuk melihat kasus-kasus tertentu ketika pemerintah menolak rakyatnya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Pemerintah melayani atau mengambil tanggung jawab mereka. Dan juga berarti menolak, mengambil kebebasan mereka. Ambil satu contoh jelas adalah negara kesejahteraan dan contoh lain perang terhadap narkoba yang menjadi isu kontroversial di banyak negara. Dalam kasus negara kesejahteraan, pemerintah berkata: jangan khawatir tentang masa depan, kami akan mengurus kalian, kesejahteraan kalian. Kami akan mengurus pensiun kalian, hari tua, dalam beberapa kasus perumahan, perawatan medis, dan banyak lagi. Dan akibatnya adalah munculnya tingkah laku tidak bertanggung jawab, orang menjadi tidak peduli terhadap masa depan, mereka mengambil tumpangan gratis dari (menunggangi) orang lain.
Nima Sanandji dari Swedia menulis salah satu bab tentang bukti hal ini dari negara-negara Nordik dengan sistem negara kesejahteraan di sana. Seringkali ditunjukan tingginya tingkat solidaritas di negara-negara dengan negara kesejahteraan di Nordik. Karenanya, negara kesejahteraan pasti menghasilkan solidaritas. Dia menjelaskan bahwa kenyataannya sebenarnya terbalik. Karena mereka punya tingkat moralitas dan solidaritas yang tinggi sehingga negara kesejahteraan menjadi mungkin. Bukan berarti tidak ada yang mencurangi dan memanfaatkannya.Tetapi seiring waktu, negara kesejahteraan meningkatkan keinginan orang-orang untuk memanfaatkan sistem ini dan pada dasarnya mencuri dari sesama warga negaranya. Dan dia menunjukkan banyak data tentang ini. Penghilangan rasa tanggung jawab ini mengikis karakter moral mereka.
Dan jika kita melihat dalam kasus perang terhadap narkoba, kita melihat sesuatu yang pelik juga. Di mana pemerintah berkata bahwa: kami tidak akan mengijinkan kebebasan kalian untuk memutuskan bagi diri kalian sendiri, apakah itu menghisap ganja atau narkoba lainnya. Dan salah satu konsekuensinya adalah kejahatan terorganisir masuk ke dalam bisnis, dan kita melihat secara dramatis meningkatnya kekerasan di negara-negara yang memulai perang terhadap narkoba, perang antar geng, korupsi dalam institusi hukum dan penyuapan terhadap polisi. Dan juga meningkatnya kematian karena obat terlarang. Karena orang mati karena narkoba, karena mereka tidak tahu apa yang mereka sedang pakai, tidak ada pasar legal untuk itu, tidak ada merek dagang, sehingga tidak ada pertanggungjawaban legal atas narkoba yang dijual. Sehingga, perang terhadap narkoba memiliki efek yang berlawanan dari apa yang sebelumnya ingin dicapai. Dan menuntun ke koneskuensi yang lebih negatif bagi masyarakat: lebih banyak kejahatan, kekerasan, lebih banyak kematian karena overdosis, lebih banyak penyebaran HIV karena berbagi jarum suntik, dan banyak lagi. Jadi, seluruh rangkaian bab dalam buku ini adalah penelitian terhadap konsekuensi negatif dari usaha mengambil kebebasan dari masyarakat dan lebih khusus kebebasan mereka untuk menjadi bertanggung jawab.
Ya… Kasus yang sangat menarik lebih khusus tentang narkoba. Karena di Indonesia anda tahu sama dengan AS, kami punya perang terhadap narkoba, disebut dengan istilah dalam bahasa kami tentunya. Dan beberapa orang juga dihukum dengan eksekusi mati karena program perang terhadap narkoba oleh pemerintah kami. Tetapi kalau kita lihat, saya mengikuti presentasi anda tentang Belanda yang melegalisasi narkoba kan? Sehingga pengguna mungkin akan berkurang. Jika anda melegalkan narkoba, tentu saja orang akan menggunakan narkoba. Apa itu logika yang benar mungkin?
Tidak… Bahkan faktanya itu salah. Dan kita punya data empiris yang sangat kuat untuk membuktikan bahwa beberapa negara telah melegalkan narkotika, dan mereka tidak melihat adanya peningkatan kecanduaan atau penggunaan narkoba.Yang mereka temukan adalah berkurangnnya kekerasan dan kematian karena overdosis. Portugis adalah salah satu contoh yang baik. Kita lihat di negara bagian di Amerika yang telah melegalkan awalnya penggunaan mariyuana (ganja) untuk tujuan medis - mariyuana sangat berguna untuk pengobatan glaukoma, kanker, atau orang yang kehilangan nafsu makan, dan banyak lagi. Tetapi sekarang, beberapa negara bagian telah mengijinkan untuk tujuan rekreasional. Orang-orang ingin menghisap ganja karena elemen kenikmatan yang mereka temukan darinya. Anda tidak temukan peningkatan gila-gilaan dari jumlah pengguna. Anda tidak akan menemukan seorang nenek tua menghisap ganja di pinggir jalan. Tidak ada juga peningkatan kriminal. Faktanya malah di banyak negara angka kriminal malah jatuh. Portugal yang saya sebut tadi adalah salah satu contoh klasik.Mereka menghilangkan semua hukuman kriminalnya. Kita juga melihat negara lain dimana mereka telah melegalkan narkoba. Dan tidak ada masalah besar sama sekali yang terjadi. Saya tidak berkata bahwa tidak ada masalah sama sekali. Tetapi kenyataanya legalisasi mengurangi masalah. Dan itu adalah hal kunci yang harus kita lihat.
Dan itu adalah arah perubahan yang diharapkan. Sebaliknya kita melihat di negara seperti Meksiko. Yang melegalkan narkoba di negaranya. Sehingga warga Meksiko dapat memakai sepuasnya. Uang berlimpah bisa dihasilkan dengan menyeludupkan narkoba ke Amerika Serikat. Sehingga ada jumlah uang yang luar biasa besar dari penyeludupan ilegal lintas batas ke AS. Dan konflik antara geng ilegal ini, antara sesama mereka dan pemerintah, sangat menyeramkan. Lebih dari ratusan ribu manusia dibunuh dengan berbagai cara yang mengerikan. Dan bahkan faktanya, jika anda melihat tingkah laku penyeludup di Amerika Tengah yang menyeludupkan narkoba ilegal ke AS, taktik mereka hampir mengingatkan kita kepada ISIS. Pemenggalan kepala, menyiksa orang-orang sampai mati, berbagai cara yang mengerikan dan kejam dalam penggunaan teror. Jika AS melegalkan narkoba maka dia akan diangkut layaknya bir atau vodka lintas batas negara. Para penyeludup narkoba ini akan kehilangan uang dan kekuasaan mereka dalam sekejap. Ketika alkohol ilegal di AS, tingkat pembunuhan melonjak setiap tahun selama alkohol ilegal. Setiap tahun. Sampai alkohol dilegalkan, dan akhirnya tingkat pembunuhan turun setelah naik terus-menerus selama sebelas tahun berturut-turut. Ketika anda melihat korelasi yang begitu kuat seperti ini dalam pengambilan kebijakan hal ini mestinya membuka mata anda; Ini adalah kegagalan.
Saya ingin menanyakan anda sebuah pertanyaan filosofis: jika seseorang ingin mengkonsumsi sesuatu dan dia tidak peduli dengan segalah hal - kesehatannya, keselamatan, kematian. Atau hal seperti itu seperti membunuh, membunuh dirinya?
Mari lihat dari sudut pandang ini. Bahwa, ada resiko kesehatan yang terkandung dari meminum alkohol, atau menggunakan berbagai jenis narkoba. Tetapi semua itu menjadi lebih buruk dengan melarang penjualannya. Salah satu alasannya ada di wilayah yang tidak terlalu nampak. Di tempat dimana orang bisa secara bebas bisa mengkonsumsi narkoba dengan jarum suntik mereka menggunakan suntik yang bersih. Ketika ilegal, mereka pergi ke gang-gang atau tempat mereka berbagi jarum suntik.
Jadi bahkan mereka yang irasional, mereka yang tidak memikirkan tentang masa depan, mereka sangat dirugikan oleh kebijakan ini. Mereka adalah orang-orang yang memang sudah pencari resiko sedari awal.Mereka mau mengambil resiko menggunakan narkoba karena mereka mau narkoba.Mereka mau mengambil resiko menggunakan suntik yang kotor dan hal beresiko lainnya juga.
Jadi apakah itu kebebasan mereka. Itu kemerdekaan mereka?
Tetapi, keadaan mereka akan jauh lebih baik jika mereka punya kebebasan untuk membuat pilihan. Mereka tidak akan menggunakan suntik kotor. Dan lebih khusus, mereka tidak akan menyuntikkan zat yang sudah tercemar yang beracun. Hampir semua konsekuensi negatif untuk kesehatan yang didapat dari mengkonsumsi narkoba dan alkohol menjadi lebih buruk ketika ada pelarangan (ilegal). Dan kita melihat bukti kuat untuk ini ketika pelarangan alkohol di amerika. Ada sebuah prinsip ekonomi dalam pasar ilegal: jika kamu mau melanggar hukum, menyeludupkan sesuatu, kamu mau menyeludupkan yang dengan konsentrasi dosis paling tinggi. Karena kamu punya kotak kecil, yang kamu bawa seludupkan, apa kamu mau bawa sekotak bir atau sekotak vodka? Betul? Dan ketika alkohol ilegal, apa yang terjadi adalah berpindahnya konsumsi dari bir dan anggur - dosis rendah, ke vodka, whisky, dan gin - alkohol dosis sangat tinggi. Karena jika anda mungkin tertangkap ketika menyeludupkan, pasti anda akan terpikir bahwa dengan resiko yang anda ambil sekalian saja membawa yang dengan konsentrasi tinggi.
Dan inilah yang terjadi dalam pasar ilegal narkoba. Ganja yang orang hisap 40-50 tahun lalu sangat ringan. Karena pasar yang ilegal pasar berpindah ke dosis terkonsentrasi tinggi yaitu ganja dari kuntum bunga tumbuhan ganja. Mereka membiakkan narkoba dosis tinggi, kadang mereka tambah opium kedalamnya dan lainnya, sehingga ganja yang dikonsumsi saat ini di kebanyakan tempat di dunia, jauh lebih kuat. Ini didorong oleh pasar dan pilihan, yang didorong oleh prinsip ekonomi pasar ilegal. Hal yang sama kita lihat terjadi ketika pelarangan alkohol, orang berpindah dari bir yang punya kandungan alkohol rendah (3%) ke yang dosis lebih tinggi 25%, 50%, 70% bahkan 100% alkohol.
http://suarakebebasan.org/…/472-tom-palmer-legalisasi-narko…
Rofi bisa dihubungi melalui email rofiuddarojat@suarakebebasan.org dan twitter @rofiuddarojat
-----------------------
Konsekuensi Larangan Narkoba
Rupiah yang sangat luarbiasa besarnya mengalir terus keluar negeri karena kebutuhan impor narkoba yang terus meningkat, Tambah banyak hasil sitaan bertambah banyak narkoba yang harus di impor dan rupiah makin tersedot keluar, perlu diketahui uang narkoba adalah uang segar dan tidak berputar melainkan mengalir jadi uang yang sudah keluar tidak akan kembali lagi , Memusnahkan narkoba sama dengan membakar rupiah, Menghambat pengobatan untuk penderita kanker-HIV-AIDS epilepsi dan penyakit lainnya, Pemerintah mengeluarkan uang untuk hal yang sia2, Kasus kriminal menjadi narkoba didalam LP, , Orang tua yang tidak lagi diberi nafkah oleh tersangka, Mempersatukan mereka di Lp menjadikan mereka lebih kuat, Memperluas jaringan narkoba karena yang tadinya tidak kenal menjadi kenal didalam LP, Memberi peluang menjadi kirir narkoba, Pemerintahan yang dianggap bodoh, Kehancuran rumah tangga tersangka, Meningkatnya populasi janda, Menghancurkan masa depan anak2 yang orang tuanya tersandung kasus narkoba, Melipatgandakan kematian akibat OD, Memperkaya mafia narkoba diluar negeri, Meberi peluang kepada jaksa dan hakim untuk korupsi, Narkoba yang tidak terkontrol kemurniannya, Memberi peluang untuk Korupsi dana perang narkoba, Memberi peluang untuk korupsi dana rehabilitasi, Uang narkoba untuk mendanai teroris, Peningkatan Ilegal Gun, Memberikan peluang untuk perampokan harta Tersangka, Perdagangan Narkoba di Sekolahan, Ketegangan Polisi dan Masyarakat , Instabilitas Politik, Meth Labs, Peningkatan Potensi Obat, Mempopulerkan Obat Lebih buru yang lebih kuat, LP yang over kapasitas, Kecaman dunia internasional terhadap hukuman mati, Menyudutkan posisi Indonesia di PBB. Yang pasti inilah yang disebut menghancurkan generasi yang akan datang.
Jika dipikirkan secara baik2 mungkin inilah yang dikehendaki oleh negara yang mempunyai kepentingan di Indonesia, mereka takut I.ndonesia menjadi kuat dan tidak bisa didikte oleh mereka .
Contoh:
Saat ini ada 2,4 juta orang di penjara Amerika. Jumlah ini telah tumbuh 500% dalam 30 tahun terakhir. Sementara Amerika Serikat memiliki hanya 5% dari populasi dunia, dan memegang 25 persen dari jumlah tahanan di dunia. Pada tahun 2012, satu dari setiap 108 orang dewasa berada di penjara atau satu dari 28 anak di AS memiliki orangtua di balik jeruji besi dan satu dari 16 istri suaminya hidup dipenjara.
Seandainya mereka di miskin kan.seperti di Indonesia, berapa banyak anak2 dan para istri yang hancur masa depannya dan terlantar hidupnya?

Baca Juga : Alasan Mengapa Ganja Harus Legal -Manusia memiliki hak dasar untuk membuat pilihan bagi diri mereka sendiri asalkan tindakan mereka tidak merugikan orang lain.
INGAT, PEMERINTAH MENJANJIKAN DITAHUN 2015 INI INDONESIA AKAN BEBAS DARI NARKOBA, MANA HASILNYA?
YANG ADA HASILNYA MALAH JADI DARURAT NARKOBA. Ini adalah kenyataan.