Sejarah Ganja Illegal
Peneliti: Ganja Obat Mujarab Sejak Ribuan Tahun
“Ganja, 12.000 tahun menyuburkan peradaban manusia”.
Petikan kalimat yang selalu terngiang mengingat sandangan status hukum ganja saat ini, berarti sudah 10.000 tahun kiprah ganja bersama manusia sebelum peradaban modern mulai mencatat waktu masehi, dan kini sudah mulai dilegalkan di beberapa negara-negara bahkan di beberapa negara bagian Amerika, termasuk Washington dan Colorado.
Otak manusia sering disebut-sebut sebagai daerah terakhir yang paling sulit untuk dijelajahi di seluruh alam semesta. Ketika hadiah nobel diberikan kepada Camillo Golgi dan Ramon Cajal pada tahun 1906, umat manusia masih jauh dari memahami bagaimana cara kerja sistem syaraf.
Nobel yang diberikan pun kontroversial karena kedua ilmuwan tadi masih mengemukan pendapat yang masing-masingnya berbeda tentang struktur syaraf manusia.
Kedatangan mikroskop elektron pada dekade 1950-an baru memberi titik terang dengan menguatkan pendapat Cajal dan rekannya Sherrington bahwa sel syaraf adalah satuan kerja terkecil yang menyusun sistem syaraf manusia.
Ganja Miliki Molekul Misterius “Endocannabinoid”
Hingga tahun 1990-an awal, seluruh ahli syaraf di dunia masih berpikir bahwa sinyal pada otak manusia dewasa hanya bergerak dalam satu arah saja, dari sel syaraf pre-sinaptik ke sel syaraf post-sinaptic.
Namun penemuan di awal tahun 90-an oleh ilmuwan di Universitas Maryland di Amerika dan Universitas Rene Descartes di Paris mengisyaratkan adanya mekanisme baru dalam cara sel syaraf berkomunikasi dengan satu sama lain.
Caranya, yaitu dari sel syaraf pos-sinaps kembali ke sel syaraf pre-sinaps dengan menggunakan jasa molekul “pembawa pesan” yang bernama neurotransmitter, yaitu senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.
Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.
Jalur kedua dalam arah komunikasi ini diberi nama DSI (depolarization-induced suppression of inhibition) atau dikenal juga dengan istilah retrogade signalling. Selama ini komunikasi dua arah antara sel syaraf diketahui hanya terjadi saat sel saraf masih dalam taraf perkembangan.
Identitas molekul pembawa pesan ini menjadi misteri hingga akhirnya pada tahun 2001, ilmuwan dari Universitas California, San Fransisco dan ilmuwan dari Universitas Kanazawa, Jepang secara terpisah namun bersamaan menemukan bahwa molekul anandamide dan molekul 2-AG yang merupakan endocannabinoid sebagai molekul misterius ini.
Molekul endocannabinoid merupakan molekul pembawa pesan yang khusus menempel pada reseptor cannabinoid.
Reseptor cannabinoid sendiri merupakan salah satu reseptor jenis G-protein terbanyak di otak, reseptor ini ditemukan dengan kepadatan tinggi di bagian-bagian seperti korteks cerebral, hipokampus, hipotalamus, otak kecil (cerebellum), basal ganglia, batang otak, tulang belakang dan amygdala.
Istilah “cannabinoid” sendiri berasal dari tanaman ganja atau “cannabis” yang menghasilkan berbagai molekul aktif (sampai saat ini baru diketahui 60 jenis molekul) yang disebut fitocannabinoid atau cannabinoid dari tanaman.
Tanaman ganja adalah satu-satunya spesies tanaman yang diketahui sampai saat ini menghasilkan molekul cannabinoid, keberadaan reseptor cannabinoid yang melimpah di berbagai bagian otak manusia membuat efek ganja begitu kompleks pada kesadaran manusia.
Tanaman Obat Legendaris di Dunia
Sebelum Raphael Mechoulam yang merupakan ilmuwan dari Israel menemukan bahwa otak manusia juga menghasilkan molekul yang sama persis fungsinya dengan molekul cannabinoid dari tanaman ganja, ganja telah menjadi tanaman obat-obatan yang paling legendaris di dunia.
Ganja pernah disebut sebagai tanaman obat dengan kegunaan terbanyak di dunia (Christian Rätsch, 2001).
Catatan mengenai ganja dalam sejarah muncul pertama kali dalam kitab pengobatan tertua di dunia, pen’ tsao ching yang berasal dari Cina.
Kitab ini merupakan kumpulan dari catatan-catatan yang dibuat oleh kaisar Shen Nung yang hidup pada masa 2900 SM.
Ganja juga disebut sebagai satu dari lima tanaman suci dalam Atharva Veda, salah satu kitab suci umat Hindu (Aldrich, 1977), sementara di Persia ganja disebut dalam kitab Zend-Avesta pada urutan pertama dari 10000 (sepuluh ribu) jenis tanaman berkhasiat obat.
Sejak Dulu Ganja Adalah Tanaman Obat
Sejarah yang panjang dari khasiat tanaman ganja bukan hanya isapan jempol dari masa lampau. Ilmuwan di seluruh dunia saat ini mulai menemukan betapa pentingnya peranan reseptor cannabinoid dan molekul endocannabinoid dalam tubuh manusia.
• Cannabinoid berperan pada sistem reproduksi (Park, McPartland & Glass, 2003)
• Pemulihan stress dan menjaga keseimbangan dalam tubuh (Di Marzo V, Melck D, Bisogno T, De Petrocellis L, 1998)
• Perlindungan sel syaraf (Panikashvili D, Mechoulam R, Beni SM, Alexandrovich A, Shohami E, 2005)
• Reaksi terhadap stimulus rasa sakit (Cravatt BF, Lichtman AH, 2004)
• Regulasi aktifitas motorik (Van der Stelt M, Di Marzo V, 2003)
• Mengontrol fase-fase tertentu pada pemrosesan memori (Wotjak CT, 2005)
• Berperan dalam modulasi respon kekebalan dan imunitas tubuh (Klein TW, Newton C, Larsen K, Lu L, Perkins I, Nong L, Friedman H, 2003; Massa F, Marsicano G, Hermann H, Cannich A, Monory K, Cravatt BF, Ferri GL, Sibaev A, Storr M, Lutz B, 2004)
• Bahkan berpengaruh juga dalam sistem kardiovaskular dan pernafasan dengan mengatur detak jantung, tekanan darah dan fungsi saluran pernafasan (Mendizabal VE, Adler-Graschinsky E, 2003)
Sifat Melupakan
Dalam mekanisme pemrosesan informasi dalam otak manusia, cannabinoid dan endocannabinoid diketahui memainkan peranan yang sangat penting.
Ketika ditemukan bahwa jalur baru pengiriman sinyal dalam otak ini juga terjadi pada otak manusia dewasa, implikasinya memicu banyak penemuan baru di dunia neurosains.
Endocannabinoid kemudian diketahui berperan dalam proses long-term potentiation atau penguatan sinaps antar sel syaraf, sebuah proses yang penting dalam menyimpan informasi baru yang diterima oleh otak.
Pada tahun 2003, Giovanni Marsicano dari Institut Psikiatri Max Planck di Munich menemukan satu lagi peran penting molekul endocannabinoid dan reseptornya dalam salah satu proses kognitif paling penting pada otak mamalia, yaitu proses melupakan.
Giovanni menemukan bahwa tikus-tikus percobaannya yang kekurangan reseptor cannabinoid (CB1) lebih sulit melupakan rasa takut dan sakit yang muncul dari stimulus kejutan listrik yang dipasangkan dengan stimulus suara dibandingkan dengan tikus-tikus dengan jumlah reseptor CB1 yang normal.
Walaupun stimulus suara sudah tidak lagi dipasangkan dengan stimulus listrik, tikus-tikus yang kekurangan reseptor CB1 tetap menampilkan rasa takut dan rasa sakit walau hanya diberi stimulus suara. Melupakan ternyata merupakan proses kognitif yang sangat penting pada otak manusia.
Abnormalitas jumlah reseptor CB1 atau produksi molekul endocannabinoid telah menjadi hipotesis banyak ilmuwan sebagai penyebab atau faktor penting yang berpengaruh dalam kondisi-kondisi seperti stress paska trauma, fobia dan rasa sakit yang kronis.
Lebih penting lagi, melupakan, juga merupakan proses yang vital ketika seseorang ingin mengingat sesuatu karena otak manusia sebenarnya menyerap semua informasi dan stimulus yang diterima lewat indera.
Tanpa mekanisme melupakan, atau gangguan pada prosesnya, manusia akan kesulitan mengingat sesuatu karena tidak tahu mana yang harus diingat dari begitu banyaknya informasi dan stimulus yang masuk ke otak.
Demikianlah sedikit cerita mengenai molekul pembawa pesan bernama endocannabinoid yang ternyata juga dihasilkan oleh hanya satu spesies tanaman di muka bumi, yaitu ganja.
Tanaman yang sepanjang sejarah telah menjadi zat terlarang yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia sampai saat ini dimana jumlah pemakainya justru merupakan terbanyak sepanjang zaman. (Global Cannabis Regulation Model, 2004).
Informasi Penulis: Kong Ali adalah seorang pengagum ajaran marxisme-leninisme yang percaya bahwa tanaman ganja bisa menjadi salah satu jalan revolusi industri dan budaya. (ruangpsikologi/wikipedia/neuropsikologi ganja by: Kong Ali)
Memacu Kreatifitas
Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan methamphetamine).
Tidak Menyebabkan Kematian
Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol.
Karena itu semua yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.
Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethyl perazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride.
Tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension
Pemanfaatan Ganja Menjadi Illegal (Dilarang)
Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.
Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.
Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.
Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.
Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.
Juga gembar-gembor pemerintah yang seolah memiliki dasar kuat menerapkan dogma bahwa pelarangan terkait bertujuan untuk melindungi masyarakat dari “bahaya” yang tidak pernah terbukti secara gamblang.
Tak ayal gembar-gembor banyak pihak anti-narkoba ini berhasil menyembunyikan fakta-fakta ganja di balik kemasan informasi yang disebarkan oleh konspirasi ber-agenda.
Sudah saatnya semua ketahui, bahwa fakta sesungguhnya ternyata memiliki gambaran cerita yang bertolak belakang. Fakta-fakta terkait agenda konspirasi dan unsur-unsur rasisme, ketakutan, perlindungan profit raksasa industri, “Yellow journalism, keserakahan serta karir perseorangan (pada masanya) dibalik pelarangan akan (sekali lagi) penulis ulas dalam beberapa paragraf berikut:
Semenjak manusia mulai mencatatkan segala sesuatu sebagai sejarah, ganja tidak hanya legal dalam status hukum, tetapi juga tingkat pemanfaatan yang sangat besar dalam hampir segala aspek menunjukkan betapa tumbuhan ini pernah sangat penting fungsinya dalam kehidupan.
Ganja sebagai tumbuhan multi-fungsi juga bukanlah temuan baru mengingat ribuan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijuluki “anak kemaren sore”.
Faktanya, status ilegal ganjalah yang lebih pantas mendapat julukan “bau kencur”, mengingat presentasi kurun waktu pelarangan tidak sampai 1% dari total masa pemanfaatan yang sudah ribuan tahun.
Ganja secara utuh telah dimanfaatkan sejak lama untuk berbagai kebutuhan seperti kain sebagai sandang, tepung dan minyak untuk pangan, temali dan lainnya untuk industri, sampai pemanfaatan bunga untuk medis hingga kebutuhan spiritual keagamaan.
Sejarah juga menyatakan bahwa ganja adalah tumbuhan tertua yang manusia gunakan untuk kebutuhan sandang (setelah kulit hewan).
Fakta-fakta seperti ini dan informasi belakangan sedikit memberikan kebingungan publik setelah pada awal abad ke-16 Amerika memperkenalkan tumbuhan ini beserta himbauan untuk memanfaatkannya secara massal, dan kemudian menuai kontroversi perihal penggunaannya untuk rekreasional di awal abad 19.
Undang-undang awal yang mengatur hal-hal terkait ganja tercatat di Amerika pada tahun 1619.
Undang-undang tersebut terutama mengatur dan menghimbau para petaninya untuk serentak menanam ganja. Hukum terkait terus berkembang dalam periode 200 tahun setelah itu dan terkesan lebih mengharuskan penanaman besar-besaran.
Seperti tercatat pada tahun 1763-1767 di Virginia, siapapun bisa terkena hukuman pidana dan dipenjarakan untuk tidak menanam ganja. Ya, pernah sepenting itu tumbuhan ganja untuk sebuah peradaban, sampai pada akhirnya diawal abad 19 semua tentang ganja seolah terdiskriminasi.
Secara lebih terperinci, semua berawal ketika terbukanya celah di bidang pertanian, khususnya dibagian barat Amerika.
Ketika itu tercatat awal tahun 1900-an, ketika pecahnya revolusi Meksiko dan banyak masuknya warga Meksiko ke Amerika, yang secara tidak langsung menimbulkan perang dingin antara petani kecil dan penguasa ladang-ladang besar (yang tak lagi memakai jasa petani lokal dan mengganti mereka dengan buruh Meksiko berupah jauh lebih rendah).
Memanfaatkan kebiasaan buruh-buruh Meksiko dalam mengkonsumsi ganja sebagai bahan rekreasi, pihak-pihak berkepentingan pertama kali mengkambing-hitamkan ganja sebagai sesuatu yang buruk.
Hal ini kontan diikuti oleh pelarangan di beberapa kota di Amerika, seperti di Wyoming (1915), Texas (1919), Iowa, Nevada, Oregon, Washington, and Arkansas (1923), and Nebraska (1927).
Sebesar itu juga ternyata ketakutan para konspirator terhadap ganja sampai sering terdengar di tahun 1927 kata-kata seperti yang terucap dari senator Texas
“All Mexicans are crazy, and this stuff (ganja) is what makes them crazy”.
Di bagian timur Amerika, diskriminasi terhadap ganja pun kian terasa dengan nuansa yang berbeda. Masalah seolah dibuat-buat dan ditujukan kepada kombinasi “Latin Americans” dengan “black jazz musicians”.
Ganja dan musik jazz datang dari New Orleans ke Chicago, kemudian merambah ke Harlem dimana ganja menjadi bagian tak terpisahkan dengan hits-hits kulit hitam (Louis Armstrong “Muggles”, “That Funny Reefer Man” Cab calloways, Fats Waller Viper’s Drag).
Sekali lagi diskriminasi terhadap ganja sangat pekat tercium bersamaan dengan rasisme terhadap kulit hitam.
Seperti tertulis dalam sebuah koran tahun 1934:
“Marijuana influences Negroes to look at white people in the eye, step on white men’s shadows and look at a white woman twice”.
Begitulah kurang lebih deretan peristiwa yang secara tidak langsung menjadi dasar pelarangan ganja di Amerika.
Setelah sebelumnya, tahun 1914 pemerintah federal Amerika meloloskan “The Harrison Act” undang-undang/tax untuk opium dan kokain.
Dalam Harrison Act ini, segala bentuk penggunaan opium dan kokain dikenakan tax untuk legalitas, sementara para pelanggar tax mendapatkan hukuman denda atau penjara.
Hingga akhirnya terlahir The Federal Bureau of Narcotics pada tahun 1930 dibawah kuasa Harry J. Anslinger. Disinilah, perang terhadap ganja resmi diawali.
Harry J. Anslinger, sosok picik penuh ambisi yang meng-otaki berdirinya divisi baru di bawah Department of Treasury, dan memanfaatkan badan federal ini sebagai peluang karir pribadi.
Sebuah badan pemerintah dengan kuasa penuh menangani segala bentuk narkotika, dan berwewenang menyuguhkan solusi atas segala masalah yang bisa ditetapkan seenaknya sendiri.
Tak membutuhkan waktu lama, Anslinger pun menyadari bahwa opium dan kokain saja tidaklah cukup dijadikan ajang mempercepat perkembangan badan yang dikepalainya, sehingga ganja merupakan bulan-bulanan tepat bagi Anslinger.
line up
“Segala upaya Harry J. Anslinger dicurahkan untuk secepat mungkin menjadikan ganja sebagai sesuatu yang lebih buruk dari opium dan memberikan gelar ilegal atasnya.”
line down
Tak lepas dari perhatiannya, fenomena rasisme dan kekerasan serta merta disangkut-pautkan dengan tumbuhan ini untuk mendapatkan perhatian bangsanya atas rekayasa-rekayasa yang dbuatnya sendiri.
Berikut beberapa rekayasa dalam kata karya Anslinger yang mencerminkan sangat besarnya kebencian dia dan sekutu-sekutunya (di artikel sebelumnya pernah dibahas hubungan dekat Anslinger dengan Hearst, Dupont, dan Melon) terhadap ganja:
“… the primary reason to outlaw marijuana is its effect on the degenerate races.”
“Marijuana is an addictive drug which produces in its users insanity, criminality, and death.”
“Reefer makes darkies think they’re as good as white man.”
“Marijuana leads to pacifism and communist brainwashing.”
“You smoke a joint and you’re likely to kill your brother.”
“Marijuana is the most violence-causing drug in the history of mankind.”
Ya, sebesar kebohongan-kebohongan itu pula kebencian Anslinger terhadap ganja yang tak henti-hentinya dia gembar-gemborkan.
Kampanye mengkambinghitamkan ganja oleh Anslinger ini serta merta mendapatkan segala dukungan yang diperllukan dari pihak-pihak yang tak kalah kuat dari FBN. Seperti salah satu bantuan yang datang dari William Randolf Hearst, penguasa media cetak saat itu. Hearst memiliki segudang alasan untuk membanatu Anslinger dalam kampenye anti ganjanya.
Pertama, dia sangat membenci orang-orang Meksiko. Kedua, membuat berita berisi kebohongan terkait warga meksiko dan ganja “The devil” sebagai sumber malapetaka membuat koran-korannya laris, dan membuatnya tetap kaya raya.
Utamanya, dia telah sejak lama berinvestasi besaar-besaran dalam kayu hutan untuk industri kertas dan media cetaknya, dan tidak ingin melihat perkembangan industri kertas dari serat ganja sebagai kompetitornya. Berikut beberapa contoh kebohongan medianya:
Dikutip dari San Fransisco Examiner:
line up
“Marihuana makes fiends of boys in thirty days — Hashish goads users to bloodlust. By the tons it is coming into this country — the deadly, dreadful poison that racks and tears not only the body, but the very heart and soul of every human being who once becomes a slave to it in any of its cruel and devastating forms…. Marihuana is a short cut to the insane asylum. Smoke marihuana cigarettes for a month and what was once your brain will be nothing but a storehouse of horrid specters. Hasheesh makes a murderer who kills for the love of killing out of the mildest mannered man who ever laughed at the idea that any habit could ever get him….”
Dan satu lagi dari dari koran yang terbit secara nasional:
“Users of marijuana become STIMULATED as they inhale the drug and are LIKELY TO DO ANYTHING. Most crimes of violence in this section, especially in country districts are laid to users of that drug. Was it marijuana, the new Mexican drug, that nerved the murderous arm of Clara Phillips when she hammered out her victim’s life in Los Angeles?… THREE-FOURTHS OF THE CRIMES of violence in this country today are committed by DOPE SLAVES — that is a matter of cold record.”
line down
Berita-berita miring tersebut tercetak tanpa bukti dan sumber yang kuat, dan senantiasa tercetak di halaman utama dalam periode yang lama.
Seolah membenarkan pribahasa “The more the merrier“, Anslinger dan Hearst juga serta merta mendapatkan dukungan dari pihak raksasa lain, kali ini datang dari rajanya industri kimia Dupont. Selain juga dukungan dari perusahaan-perusahaan farmasi yang tak kalah berkuasa.
Dupont, pada saat itu baru saja mempatenkan nylon, dan kerakusan membuat mereka menutup segala kemungkinan ganja menjadi saingan. Sama halnya dengan industri-industri farmasi, mereka tidak mau juga pasarnya menanam obat-obatan sendiri dan berhenti membeli produk mereka.
Akhirnya, semua konspirasi di atas berujung kerucut kepada akar semua pelarangan ganja yang berkedok “The Marijuana Tax Act of 1937“, yang telah secara terencana dipersiapkan oleh konspirasi Anslinger dan kawan-kawan.
Dari sini jugalah nama besar Ganja/Cannabis/Hemp seolah dilupakan dan ditiadakan, untuk sebuah julukan baru penuh cela Marijuana.
Segala bentuk pemanfaatan tumbuhan ganja (secara utuh) yang dulu pernah sangat disarankan seolah tak pernah terjadi di bawah kungkungan julukan barunya, marijuana. Sampai detik ini.
Hari-Hari Terakhir Ganja Bergelar Legal
Peristiwa besar apa kiranya yang membuat jangka waktu selama itu seolah tak pernah terjadi? Sejak kapan pula ganja menyandang status hukum ilegal?
Bersumber dari buku “The Emperor Wears No Clothes” karya mendiang Jack Herer, tertulislah tulisan rangkum berikut ini:
Berawal dari konspirasi raksasa-raksasa industri Amerika di akhir abad 19, gejala intimidasi terhadap ganja mulai tercium ketika Dupont (salah satu raksasa industri saat itu), memonopoli industri bahan peledak berbahan “Hemp Hurds” dengan cara membeli dan mengkonsolidasikan beberapa perusahaan kecil yang sedang berkembang. Usaha ini mereka lakukan setelah menyadari potensi ganja dan pasarnya, bahkan dalam industri dinamit.
Hasilnya, Dupont pun berjaya di industri ini dan menjadi perusahaan terbesar yang memasok 40% stock amunisi kepada sekutu-sekutunya saat perang dunia pertama.
Hal ini juga lantas mengisi berita di Popular Mechanics ’38 yang menyatakan “Thousands of tons of hemp hurds are used every year by one large powder company for the manufacture of dynamite and TNT.”
Tidak berhenti di situ, pada akhir tahun 1920 Dupont melanjutkan konsolidasi ke arah pemerintah federal Amerika dan berhasil menguasai sebagian besar industri textile dalam negeri.
Berawal dari monopoli ini, para peneliti dan ahli kimia Dupont menemukan potensi kandungan selulosa ganja sesungguhnya jauh di atas pengetahuan umum sebelumnya.
Pada saat itu tidak ada yang lebih paham dari para peneliti Dupont, bahwa 77% bagian pohon ganja adalah sumber selulosa (bahan kertas, plastik, rayon) alami terbaik.
Tak heran jika pada pertengahan tahun 1930, ditemukannya teknologi mekanik baru pemisah serat ganja dan mesin pemisah selulosa dengan harga terjangkau oleh petani/industri kecil ganja membuat Dupont serta raksasa industri lainnya kebakaran jenggot.
Terlebih pada saat yang sama di tahun 1937, Dupont baru saja mematenkan proses produksi plastik berbahan minyak bumi dan batubara sebagai bisnis mereka. Juga industri sulfat kimia baru untuk memproses pembuatan kertas dari kayu hutan.
Kemajuan industri-industri kecil ganja ini sangat mungkin merugikan 80% bisnis kertas, plastik sintetis, dan minyak bumi raksasa-raksasa ini.
Bukan hanya Dupont yang merasakan pentingnya ganja dieliminasi dari lahan industri mereka, Andrew Mellon dari The Mellon Bank of Pittsburgh sebagai banker di belakang Dupont dan William Randolph Hearst dari Hearst Paper Manufacturing merasakan ketakutan yang sama.
Terlebih Randolph Hearst, yang sebenarnya menyadari ancaman dari ganja terhadap industri kertasnya lebih awal. Selain pabrik kertas dari kayu, Hearst, yang juga mengepalai perusahaan percetakan dan penerbit koran sudah melakukan intimidasi terhadap ganja sejak 1898.
Dimulai setelah ditemukannya 800.000 hektar ladang ganja di area hutan kayu miliknya di Meksiko. Nyaris 3 dekade setelahnya, Hearst menjadikan ganja sebagai kambing hitam di setiap halaman utama korannya.
Salah satu contohnya adalah, ketika Hearst mengklaim bahwa hampir seluruh kekerasan, perkosaan oleh kulit hitam terhadap kulit putih dilatarbelakangi oleh ganja.
Hasilnya, ratusan ribu kulit hitam dan orang-orang meksiko dipenjara karena isu ini.
Korannya jugalah yang mempopulerkan kata “Marijuana” sebagai kutukan terhadap ganja melalui pengulangan-pengulangan berjangka panjang di setiap halaman utamanya, sehingga berhasil menghapuskan kata “Hemp” dan nama ilmiah asli ganja “Cannabis“.
Berdasarkan ketakutan terhadap ancaman serupa inilah akhirnya diadakan pertemuan rahasia pertama oleh para “mandor” industri dan banker-bankernya tahun 1931 untuk menyatukan kekuatan melawan ganja, “The environmentally-sane natural source“. Pertemuan ini dihadiri oleh Dupont, Hearst, dan Andrew Mellon yang saat itu memiliki kuasa di pemerintahan federal (Secretary of The Treasury).
Hasil dari konsolidasi antara para raksasa ini adalah diangkatnya Harry J. Anslinger (keponakan ipar Andrew Mellon) sebagai kepala Federal Bureau of Narcotic and Dangerous Drug (FBNDD) yang pada saat itu mendadak dibentuk.
Semenjak saat itu sampai 1937, banyak pertemuan rahasia dilakukan terkait rancangan undang-undang untuk ganja, sampai akhirnya “Marijuana Tax Act” diresmikan pemerintah Amerika pada tanggal 2 Agustus 1937.
Dalam masa jabatannya ini (31 tahun), Anslinger sangat gencar menyebarkan propaganda buruk tentang ganja atas nama marijuana (Harry Anslinger’s Personal Gore Files).
Banyak pihak-pihak independent seperti ilmuan-ilmuan universitas membantah tudingan-tudingan buruk anslinger yang tidak beralasan.
Alhasil, undang-undang baru yang melarang segala penelitian tentang ganja (tanpa seijin pribadi Anslinger) dikeluarkan sebagai reaksi sangkala-sangkalan itu.
Semakin dalam terkubur sejak saat itu nama Cannabis atau Hemp dibawah julukan barunya yang penuh cemar, Marijuana.
Dan terus berlanjut hingga kini sandangan hukum ganja semenjak diberlakukannya Marijuana Tax Act 1937.
Begitulah kiranya rangkuman hari-hari terakhir ganja bergelar LEGAL… lalu menjadi ILLEGAL.
Untuk bacaan selengkapnya, silakan dibaca di The Emperor Wears No Clothes chapter ke-4, halaman 25-39 dan juga mengenai Marijuana Tax Act: http://en.wikipedia.org/wiki/Marihuana_Tax_Act_of_1937
* Awalnya, Marijuana Tax Act ini tidak sepenuhnya mengilegalkan, dengan mengenakan pajak U$.1 per ounce, dan U$.100 per ounce jika pemiliknya tidak teregistrasi. Faktanya, banyak penyelewengan hukum yang seringkali menyebabkan hukuman penjara sampai 5 tahun atau denda yang berlipat-lipat hingga U$.2000. Lalu apa bedanya dengan sekarang?
Legalisasi Ganja Bisa Untuk Eksperimen Kualitas Kesehatan
Selama ini di berbagai negara terjadi perdebatan mengenai legalisasi ganja. Banyak kekhawatiran tentang efek negatif ganja, tapi di sisi lain banyak yang menyatakan ganja baik bagi kesehatan.
Para ahli mengatakan, ada beberapa dampak negatif saat ganja digunakan untuk kesenangan atau non-medis. Namun kekhawatiran itu dianggap tak memiliki cukup bukti.
Terlepas dari segala macam perdebatan, para ahli menilai legalisasi ganja di Colorado dan Washington di Amerika Serikat bisa digunakan untuk eksperimen mengenai kualitas kesehatan masyarakat. Dengan demikian para peneliti bisa mengumpulkan informasi akan kerugian atau manfaat dari diberlakukannya legalisasi ganja di AS.
Sejumlah pembeli memadati meja konter untuk membeli berbagai macam produk berbahan ganja yang dijual di toko penjulan ganja legal Medicine Man di Denver, Colorado (1/1/14). (AP Photo/Brennan Linsley)
Pada bulan Januari 2014, undang-undang legalisasi ganja itu sudah disahkan di dua negara bagian tersebut. Dengan aturan ini, orang dewasa berusia di atas 21 tahun bisa memiliki dan membeli ganja seberat 1 ons untuk kesenangan atau fungsi non-medis.
Sebenarnya, hingga sekarang belum banyak penelitian dari topik kerugian atau manfaat dari legalisasi ganja. Bahkan ini berlaku juga di negara-negara yang sudah melegalkan ganja.
“Ini adalah pertanyaan empiris, dan akhirnya kita akan memiliki data untuk menilai itu,” kata Rosalie Liccardo Pacula, Wakil Direktur Research Center Drug Policy, di RAND Corporation, dilansir dari Livescience.
Menurut Pacula, legalisasi ganja berpotensi memiliki dampak negatif. Ganja disebut Pacula bisa merusak memori, koordinasi, dan persepsi, dan dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Ini tentu membahayakan keselamatan publik.
Beberapa studi juga telah mengungkap, mengemudi setelah beberapa jam menggunakan ganja berpotensi menyebabkan kecelakaan hingga dua kali lipat.
Penelitian ini dilakukan oleh Guosha Li, epidemiologist di Columbia University Mailman School of Public Health, yang melakukan penelitian penggunaan ganja saat mengemudi.
Penggunaan ganja dalam waktu lama juga dapat meningkatkan risiko kerusakan mental. Baru-baru ini ada studi yang menemukan hubungan antara penggunaan ganja di masa remaja, akan berdampak terhadap IQ yang rendah di masa depan.
Meski begitu, banyak juga ilmuwan yang mengatakan ganja memiliki dampak positif bagi kesehatan. Itu sebabnya ganja masih bisa digunakan untuk kepentingan medis di sejumlah negara atau negara bagian yang belum lakukan legalisasi ganja.
Misalnya saja, mengutip laman Bussiness Insider, psikiater Tod H Mikuriya telah berikan rekomendasi kepada pasiennya untuk terapi menggunakan ganja sejak tahun 1960an.
Menurut Mikuriya, lebih dari 200 penyakit bisa diatasi dengan terapi ganja. Di antaranya dalah insomnia, gagap, dan premenstrual syndrome (PMS) bahkan penyakit kanker.
Bahkan National Cancer Institute sependapat dengan Mikuriya. Lembaga itu mengatakan ganja bisa digunakan untuk mengatasi efek samping dari kemoterapi, mencegah nausea (mual) dan muntah, meningkatkan nafsu makan, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas tidur.
Bussiness Insider pun menyebut manfaat lain ganja bagi kesehatan. Di antaranya adalah mencegah kebutaan akibat glukoma, mengendalikan penyakit epilepsi, dan mengurangi rasa cemas berlebihan. Adapun zat kimia cannabidiol di ganja dianggap bisa mencegah penyebaran kanker, dan zat aktif THC bisa mengurangi dampak penyakit Alzheimer.
Variabel Lain
Menurut Pacula berbagai studi yang mempelajari efek negatif dari ganja itu dilakukan pada populasi tertentu. Obyek penelitian seringkali merupakan orang-orang yang cenderung menggunakan obat-obat terlarang, dan bukan populasi secara keseluruhan.
Ia menambahkan, efek yang dihasilkan pada kesehatan masyarakat tergantung seberapa sering menggunakan ganja.
Faktor lain yang patut dipertimbangkan untuk jadi variabel penelitian adalah penggunaan yang dilakukan secara bersamaan dengan alkohol (yang berpotensi meningkatkan kerusakan), potensi obat-obatan terlarang lain, dan jumlah remaja yang menggunakan.
Pacula pun beralasan, sangat masuk akal jika UU legalisasi ganja akan meningkatkan penggunaan ganja oleh remaja, meski belum jelas seberapa besar peningkatan itu.
Legalisasi ganja juga dapat memiliki dampak jatuhnya harga obat-obatan terlarang. Ini tentu berpotensi meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang, terutama di kalangan remaja.
Variabel lain yang belum diketahui adalah potensi obat-obatan terlarang lain untuk digunakan dalam fungsi non-medis. Potensi ini dapat bermacam-macam, dan potensi yang paling berbahaya adalah kerusakan mental.
“Ketika kita memiliki banyak pengetahuan tentang itu, maka akan bisa diketahui apakah tingkat kesehatan masyarakat itu akan bertambah baik atau makin berkurang,” ucap Pacula. (adi/vivanews)
Ganja Untuk Pengobatan Telah Legal di 18 Negara Bagian di Amerika Serikat, Termasuk Washington DC dan Colorado
Kepemilikan mariyuana akan dilegalkan di negara bagian Washington, satu bulan setelah para pemilih mengambil opsi tersebut.
Mulai Kamis (6/12/2012) tengah malam waktu Pantai Barat AS (15.00 WIB), siapa saja yang berusia 21 tahun ke atas dapat membawa hingga 28,4 gram kanabis, meskipun menghisapnya di muka umum tetap merupakan pelanggaran kejahatan.
Ganja sudah dinyatakan legal untuk keperluan medis di negara itu sejak 1998.
Washington dan Colorado memilih untuk melegalkan mariyuana, meski hukum federal AS tetap menyatakan hal itu sebagai kejahatan. Namun, tidak ada tempat untuk membeli mariyuana di negara bagian itu selama satu tahun.
Hingga saat ini juga masih belum jelas bagaimana aparat akan menangani liberalisasi UU Narkotika di Washington dan Colorado.
Meski hukum AS secara keseluruhan masih melarang penggunaan ganja, banyak yang menggelar pesta ganja.
Ratusan orang berkumpul pada tengah malam di Space Needle, menara futuristik yang mendominasi langit malam. Mereka merayakan ‘kemerdekaan’ baru ini.
“Akhirnya anda bisa merokok ganja tanpa berpikir hal tersebut tindakan kriminal. Tak ada bedanya seperti minum bir, tak lagi dikatakan berbahaya,” ujar seorang perokok ganja, Calvin Lee.
Hal ini menyusul referendum pada 6 November lalu untuk melegalkan konsumsi ganja pribadi untuk tujuan rekreasi.
Federal
Setiap keputusan untuk menyerang negara bagian dengan hukum narkotika liberal dapat mempengaruhi rencana Washington untuk menaikkan pendapatan pajak dari pasar mariyuana yang berlisensi dan terkontrol. “Kami berada di lautan bebas,” kata Jaksa Wilayah Seattle City Pete Holmes dalam sebuah konferensi pers, Rabu.
“Kami berjuang dengan larangan ini selama satu abad,” kata Holmes menurut Seattle Post-Intelligencer.
“Akan butuh waktu untuk menggantikan sistem yang teratur dan berlisensi.”
Pendukung undang-undang Washington bersikeras mereka tidak menyarankan atau mensyaratkan siapa pun untuk melanggar hukum federal.
Namun, seorang jaksa federal regional di negara bagian itu, Jenny Durkan, mengatakan pada Post-Intelligencer bahwa “menanam, menjual, atau memiliki mariyuana dalam jumlah berapa pun tetap ilegal di bawah hukum federal,” tanpa mempedulikan hukum negara bagian apa yang diterapkan di Washington.
Mariyuana masih berada di kategori sama dengan kokain, heroin, dan methamphetamine, kata Durkan, yang menambahkan bahwa hanya Kongres yang dapat mengubah peruntukannya. (BBC Indonesia / Egidius Patnistik / Kompas)
Pemerintah Uruguay Mulai Jualan Ganja
Para penghisap ganja di Uruguay sekarang tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi menghisap ganja. Pasalnya, pemerintah negara itu telah melegalkan ganja dan bahkan memproduksinya untuk dikonsumsi rakyatnya pada bulan Oktober 2012 lalu.
Diberitakan Daily Mail, pemerintah Uruguay akan memasok ganja untuk para pengguna dan hal ini diatur dalam hukum negara tersebut.
Dalam peraturan baru, ganja akan diatur peredarannya dan dibatasi penggunaannya oleh pemerintah. Untuk setiap paketnya seberat 40 gram, atau bisa dibuat 20 batang rokok ganja, Uruguay mematok harga sekitar Rp.332 ribu.
Para pembeli hanya boleh membeli satu paket setiap bulannya. Mereka akan ditandai dengan kartu barcode yang akan diserahkan setiap membeli. Jadi setiap bulan, rakyat boleh membeli maksimal 20 batang ganja.
Untuk memenuhi permintaan para pemadat, pemerintahan Presiden Uruguay Jose Mujica juga berencana menggarap perkebunan ganja seluas 150 hektar. Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan standar kualitas agar ganja yang dijual tidak murahan. (vivanews / Daily Mail / dan berbagai sumber luar dan dalam negeri).
Baca Juga : Ketika MDMA Akan Anda Dapatkan Melalui Resep
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/01/03/ganja-sebagai-obat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar